Senin, 31 Desember 2012

Kolaborasi Seni antara UNHI Denpasar dan ISI Jogjakarta.

Fakultas Pendidikan Agama dan Seni (FPAS) Universitas Hindu Indonesia (UNHI) Denpasar bekerjasama dengan Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia (ISI) Jogjakarta melakukan Kolaborasi Seni di lapangan kampus UNHI, tepatnya di pelataran depan Pura Mahawidya Mandira pada hari sabtu, 29 desember 2012. Kegiatan ini merupakan kunjungan balasan dari ISI Jogjakarta, setelah sebelumnya pada maret 2012 UNHI Denpasar berkunjung ke Jogjakarta. Selain itu, ini merupakan bentuk kerjasama antara UNHI Denpasar dan ISI Jogjakarta sesuai dengan nota kesepahaman yang sudah ditandatangani antara kedua kampus sebelumnya.  

Kegiatan Kolaborasi Seni ini dihadiri oleh Dirjen Bimas Hindu Kementrian Agama RI yang juga merupakan mantan Rektor UNHI Denpasar Prof. Dr. IB Yudha Triguna, M.Si, Wakil Rektor I (WR I) UNHI Dr. I Wayan Winaja, M.Si, Wakil Rektor II (WR II) UNHI Dr. A.A Sadhiarta, M.Si, Dekan FPAS Dr. Ni Putu Suwardani, M.Pd dan juga beberapa Dekan dan Wakil Dekan dari perwakilan masing-masing fakultas. Selain dihadiri oleh pejabat rektorat, dekanat, dosen dan pegawai, para mahasiswa tidak ketinggalan turut hadir menyaksikan pementasan Kolaborasi Seni ini.

“Melalui kegiatan ini diharapkan hubungan kerjasama yang terjalin antara UNHI Denpasar dan ISI Jogjakarta akan semakin erat. Kedepannya diharapkan hubungan kerjasama yang dilakukan bukan hanya dalam bentuk kolaborasi seni  di bidang pergelaran atau pertunjukan saja, melainkan juga dari segi pendidikan misalnya dalam hal pertukaran mahasiswa, begitu juga ketika ada mahasiswa atau dosen yang ingin melanjutkan studinya baik dari UNHI ke ISI Jogja atau sebaliknya agar bisa dibantu” ujar Dr. I Wayan Winaja, M.Si dalam sambutannya mewakili Rektor UNHI.

Dekan Fakultas Seni Pertunjukan ISI Jogjakarta Prof. Dr. I Wayan Dana, S.ST, M.Hum menyebutkan bahwa tujuan diadakan kegiatan ini selain untuk menjalin hubungan kerjasama antara ISI Jogjakarta dengan UNHI Denpasar juga yang terpenting adalah sebagai pelestarian seni dan budaya Indonesia.

Beliau menambahkan bahwa dalam memersiapkan kolaborasi ini ISI Jogja  sudah melakukan latihan sejak bulan September lau, pada kesempatan ini ISI Jogja melibatkan sekitar 80 peserta dan membawakan dua karya seni tari. Yang pertama adalah tari Bawung Jaya Wisesa yang merupakan perpaduan tari baris Bali dengan tari Lawung Jogjakarta dengan menggambarkan ketaatan dan kesigapan prajurit. “Selain itu kami juga membawakan fragmen yang menceritakan percintaan dan pertemuan seorang raja dari Bali Dwipa yakni Raja Udayana dengan Putri Mahendradatta dari Jawa Timur” ungkapnya.

Sementara itu  mahasiswa FPAS UNHI sendiri melibatkan sekitar 50 peserta yang ambil bagian pada pergelaran kali ini, dan membawakan Tari Gabor dan Barong. Tari Gabor merupakan tarian yang sejenis dengan tarian Sekar Jagat yang memiliki arti sebagai ucapan selamat datang. Sementara itu tari barong merupakan Tarian yang berasal dari kebudayaan Pra-Hindu ini menggambarkan pertarungan antara kebajikan dan kebatilan. Dalam Tari Barong kebajikan direpresentasikan pada lakon Barong, yakni dua orang penari dengan kostum binatang berkaki empat. Sementara kebatilan dimainkan oleh Rangda, sosok menyeramkan dengan taring di mulutnya. Keduanya bertarung sambil menari mengikuti alunan musik tradisional Bali. Dibalik keunikan dan keindahannya tari barong juga memiliki makna dan nilai luhur yang mendalam. Pesan bahwa kebaikan akan selalu menang melawan kejahatan tercermin jelas melalui kemenangan Barong melawan Rangda.


Bergantian UNHI Denpasar dan ISI Jogja memnampilkan penampilan terbaiknya,diawali dengan tari Gabor , tari Bawung Jaya Wisesa, kemudian dilanjutkan dengan tari Barong hingga akhirnya fragmen tari garapan ISI Jogja menjadi penampilan yang terakhir. Sebuah pergelaran yang sangat menarik, kolaborasi antara budaya jawa-Bali Kuno. Semua peserta, baik dari ISI Jogja  maupun UNHI Denpasar berkumpul menjadi satu melakukan foto bersama yang menandai berakhirnya kebersamaan di malam itu.(Gun)


Launching Klinik Kesehatan Ayurweda, Sederhana tapi Meriah

Senat Mahasiswa Fakultas Kesehatan (SMFK) Ayurweda bekerjasama dengan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Musik UNHI Denpasar melaksanakan kegiatan Launching Klinik Kesehatan Ayurweda dengan tema “Voive of Healing” pada hari sabtu, 29 desember 2012 kemarin. Kegiatan yang merupakan ajang sosialisasi ini dilaksanakan di depan Fakultas Kesehatan Ayurweda, dalam kegiatan ini diisi dengan membuka stand kuliner yang menyediakan berbagai jenis olahan makanan dan juga herbal drink (minuman herbal). Bukan itu saja, sambil menikmati makanan dan minuman yang disediakan para pengunjung juga dihibur dengan penampilan UKM Musik yang membawakan beberapa lagu.
 
Pada kegiatan tersebut tampak dihadiri oleh beberapa pejabat rektorat, antara lain Rektor UNHI Prof. Dr. IB Yudha Triguna,M.Si, Wakil Rektor I UNHI Dr. IB Dharmika, M.Si dan juga beberapa Dekan dan Wakil Dekan (WD) dari perwakilan masing-masing fakultas. Dari perwakilan mahasiswa tampak hadir perwakilan dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Senat Mahasiswa Fakultas Ilmu Agama (SMFIA), dan beberapa mahasiswa dari Pendidikan Seni Tari juga mahasiswa Fakultas Teknik dan Fakultas Ekonomi.


Dalam kegiatan ini konsep awalnya cukup sederhana, yakni tidak membuat kegiatan yang istimewa, namun cukup dengan memanfaatkan fasilitas dan potensi yang ada. Teman-teman panitia dari SMFK dan UKM Musik cukup kreatif menyulap lobi depan fakultas Kesehatan menjadi panggung music yang kemudian sangat menghibur. Bukan itu saja, mereka juga merubah tempat parker di depan Fakultas Kesehatan menjadi stand kuliner yang menjajakan makanan olahan juga herbal drink (minuman herbal). Walaupun dengan konsep yang sederhana, tapi dengan penataan dan penampilan UKM Musik yang cukup menghibur menjadikan suasana menjadi meriah.


“Kegiatan ini bertujuan sebagai ajang promosi Klinik Kesehatan yang telah dibuka oleh Fakultas Kesehatan Ayurweda, ini merupakan salah satu strategi pemasaran. Selain itu dengan diadakannya kegiatan seperti ini bisa menjadi tempat nongkrong untuk mahasiswa UNHI, karena kegiatan ini rencananya akan dilaksanakan secara regular setiap sebulan sekali” ujar Kusumayatra selaku Ketua Panitia kegiatan.


Sementara itu, IB Adi Triyata Dharma yang merupakan coordinator UKM Musik UNHI menjelaskan bahwa kegiatan seperti ini sangat bagus dan harus lebih banyak lagi dilaksanakan. Melalui kegiatan seperti ini bisa menumbuhkan hubungan interaksi yang baik antar organisasi yang ada dikampus, entah itu BEM, Senat Mahasiswa, atau UKM itu sendiri. Jadi, kita di organisasi tidak hanya berdiri sendiri melainkan bisa bekerjasama atau berkolaborasi dengan organisasi yang lain.


“Dari kegiatan ini diharapkan seluruh civitas akademika bisa mengetahui keberadaan Klinik Kesehatan Fakultas Kesehatan Ayurweda, selain itu juga semoga setelah kegiatan ini Fakultas Kesehatan ayurweda semakin berkembang dan maju kedepannya” ungkap IB Putra Suta, S.Ag yang merupakan Ketua Program Studi Ayurweda UNHI Denpasar .(Gun)

Kamis, 27 Desember 2012

Teater Saet UNHI Raih Juara III Monolog Pada Reinkarnasi Budaya Fakultas Sastra UNUD.

Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Teater Saet UNHI Denpasar meraih juara III dalam Lomba Monolog Tingkat Umum serangkaian kegiatan Reinkarnasi Budaya. Kegiatan yang diselenggarakan oleh Senat Mahasiswa Fakultas Sastra juga diisi dengan lomba baca puisi , musikalisasi puisi untuk tingkat SMA/SMK, sedangkan untuk tingkat umum diadakan lomba membuat cerpen dan monolog. Lomba monolog sendiri dilaksanakan pada tanggal 14 desember lalu di Auditorium Widyasabha Mandala Fakultas Sastra Universitas Udayana, Denpasar.

Dalam perlombaan yang diikuti 10 peserta tersebut Teater Saet UNHI Denpasar mengirimkan 1 orang anggotanya yakni A.A.A.Ngr.Adriyanti Weda Ningrat. Tak dapat dipungkiri ini merupakan hasil kerja kerasnya yang telah dipersiapkan beberapa minggu sebelumnya membuahkan hasil dan membuat bangga nama universitas. “Untuk persiapannya, weda latihan selama kurang lebih 2 minggu kurang bareng kak hendra utay yang kebetulan jadi sutradaranya, latihannya tiap pulang kuliah di art centre” ungkap gadis yang akrab disapa Gek Weda ini.
 
Teater saet yang diwakili Gek Weda menyajikan monolog dengan judul “Pidato 7 menit”, yang menceritakan kisah bagaimana nasib seorang guru honorer yang selalu dibatasi pergerakannya, bahkan ketika akan berpidatopun ia hanya diberikan waktu 10 menit, tapi kemudian malah dipotong jadi cuma 7 menit. Tokoh ini meiliki watak yang berbeda, bahkan terkesan bermuka dua. Alur ceritanya sendiri cukup variatif karena ada momen lucu, sedih, marah, bahkan ada adegan seperti orang mau berdemo.

Ia juga menambahkan bahwa tujuan awalnya mengikuti lomba ini adalah hanya mencari pengalaman dan ingin mengetahui lebih banyak tentang monolog itu sendiri. Apalagi ketika melihat beberapa peserta yang lain merupakan kelompok teater yang sudah hebat dan malang melintang di dunia teater, seperti teater topeng, teater limas, teater 108, teater kini berseri. 

Sebelum malam penganugrahan, ia bahkan sempat merasa pesimis mendapat juara, tapi ternyata ketika pengumuman ia masuk nominasi dan ternyata menjadi juara III. “Perasaannya seneng banget, walaupun gak bisa jadi juara I yang penting sudah menampilkan yang terbaik. Apalagi bisa bersaing dengan kelompok teater lainnya” ujarnya sambil tersenyum.

Gadis yang merupakan mahasiswa semester I Fakultas Pendidikan Agama & Seni ini berharap bahwa semua anggota UKM Teater Saet UNHI tetap semangat dan kompak selalu untuk menjaga eksistensi, selain itu ke depannya agar bisa lebih berkembang dan maju, sehingga tidak hanya melakukan kegiatan dalam skala regional bali, bila perlu ke tingkat nasional atau bahkan internasional. (Gun)





Rabu, 26 Desember 2012

Pengakuan tanggal kemerdekaan Indonesia oleh Belanda

Pengakuan tanggal kemerdekaan Indonesia oleh Belanda adalah peristiwa di mana Belanda akhirnya mengakui bahwa kemerdekaan Indonesia adalah tanggal 17 Agustus 1945 sesuai dengan proklamasi kemerdekaan Indonesia, bukan tanggal 27 Desember 1949 saat soevereiniteitsoverdracht (penyerahan kedaulatan) ditandatangani di Istana Dam, Amsterdam.
Pengakuan ini baru dilakukan pada 16 Agustus 2005, sehari sebelum peringatan 60 tahun proklamasi kemerdekaan Indonesia, oleh Menlu Belanda Bernard Rudolf Bot dalam pidato resminya di Gedung Deplu. Pada kesempatan itu, Pemerintah Indonesia diwakili oleh Menlu Hassan Wirajuda. Keesokan harinya, Bot juga menghadiri Upacara Kenegaraan Peringatan Hari Ulang Tahun ke-60 Kemerdekaan RI di Istana Negara, Jakarta. Langkah Bot ini mendobrak tabu dan merupakan yang pertama kali dalam sejarah.
Pada 4 September 2008, juga untuk pertama kalinya dalam sejarah, seorang Perdana Menteri Belanda, Jan Peter Balkenende, menghadiri Peringatan HUT Kemerdekaan RI. Balkenende menghadiri resepsi diplomatik HUT Kemerdekaan RI ke-63 yang digelar oleh KBRI Belanda di Wisma Duta, Den Haag. Kehadirannya didampingi oleh para menteri utama Kabinet Balkenende IV, antara lain Menteri Luar Negeri Maxime Jacques Marcel Verhagen, Menteri Hukum Ernst Hirsch Ballin, Menteri Pertahanan Eimert van Middelkoop, dan para pejabat tinggi kementerian luar negeri, parlemen, serta para mantan Duta Besar Belanda untuk Indonesia.
Selama hampir 60 tahun, Belanda tidak bersedia mengakui kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Belanda menganggap kemerdekaan Indonesia baru terjadi pada 27 Desember 1949, yaitu ketika soevereiniteitsoverdracht (penyerahan kedaulatan) ditandatangani di Istana Dam, Amsterdam. Di Belanda selama ini juga ada kekhawatiran bahwa mengakui Indonesia merdeka pada tahun 1945 sama saja mengakui tindakan politionele acties (agresi militer) pada 1945-1949 adalah ilegal.
Sebelumnya, pada tahun 1995, Ratu Beatrix sempat ingin menghadiri Peringatan Hari Ulang Tahun RI ke-50. Tapi keinginan ini ditentang PM Wim Kok. Akhirnya Beatrix terpaksa mampir di Singapura dan baru memasuki Indonesia beberapa hari setelah peringatan proklamasi.

Pernyataan Pemerintah Belanda di Den Haag

Menlu Ben Bot menegaskan, kehadirannya pada upacara Hari Ulang Tahun RI ke-60 dapat dilihat sebagai penerimaan politik dan moral bahwa Indonesia merdeka pada 17-8-1945. Atas nama Belanda, ia juga meminta maaf.
Menlu Belanda Bernard Bot menyampaikan hal itu dalam upacara peringatan berakhirnya pendudukan Jepang di Hindia Belanda, hari Senin 15 Agustus 2005 di kompleks Monumen Hindia, Den Haag. Pernyataan Bot itu juga disaksikan Ratu Beatrix, yang hadir meletakkan karangan bunga.
Bot secara eksplisit mengungkapkan bahwa sikap dan langkahnya tersebut telah mendapat dukungan kabinet. "Saya dengan dukungan kabinet akan menjelaskan kepada rakyat Indonesia bahwa di Belanda ada kesadaran bahwa kemerdekaan Indonesia de facto telah dimulai 17-8-1945 dan bahwa kita 60 tahun setelah itu, dalam pengertian politik dan moral, telah menerima dengan lapang dada," demikian Bot.
Pengakuan secara resmi soal kemerdekaan Indonesia pada 17-8-1945 selama ini sulit diterima para veteran, sebab mereka ketika itu setelah tanggal tersebut dikerahkan untuk melakukan Agresi Militer. Baru kemudian pada 27 Desember 1949 penyerahan kedaulatan dari Belanda ke Indonesia secara resmi diteken.
Menurut menteri yang lahir pada 21 November 1937 di Batavia (kini Jakarta), itu sikap menerima tanggal kemerdekaan Indonesia pada 17-8-1945 dalam pengertian moral juga berarti bahwa dirinya ikut mendukung ungkapan penyesalan mengenai perpisahan Indonesia-Belanda yang menyakitkan dan penuh kekerasan. "Hampir 6.000 militer Belanda gugur dalam pertempuran, banyak yang cacat atau menjadi korban trauma psikologis. Akibat pengerahan militer skala besar-besaran, negeri kita juga sepertinya berdiri pada sisi sejarah yang salah. Ini sungguh kurang mengenakkan bagi pihak-pihak yang terlibat," tandas Bot.
Doktor hukum lulusan Harvard Law School itu melukiskan berlikunya pengakuan seputar tanggal kemerdekaan dan hubungan Belanda-Indonesia itu seperti orang mendaki gunung. "Baru setelah seseorang berdiri di puncak gunung, orang dapat melihat mana jalan tersederhana dan tersingkat untuk menuju ke puncak. Hal seperti itu juga berlaku bagi mereka yang terlibat pengambilan keputusan pada tahun 40-an. Baru belakangan terlihat bahwa perpisahan Indonesia-Belanda terlalu berlarut-larut dan dengan diiringi banyak kekerasan militer melebihi seharusnya. Untuk itu saya atas nama pemerintah Belanda akan menyampaikan permohonan maaf di Jakarta," tekad Bot.
"Dalam hal ini saya mengharapkan pengertian dan dukungan dari masyarakat Hindia (angkatan Hindia Belanda), masyarakat Maluku di Belanda dan para veteran Aksi Polisionil," demikian Bot.

Pernyataan Pemerintah Belanda di Jakarta

Selain itu Belanda sesalkan siksa Rakyat Indonesia pasca 17-8-1945, akhirnya mengakui Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945. Belanda pun mengakui tentaranya telah melakukan penyiksaan terhadap rakyat Indonesia melalui agresi militernya pasca proklamasi.
"Atas nama pemerintah Belanda, saya ingin menyatakan penyesalan sedalam-dalamnya atas terjadinya semuanya ini," begitulah kata Menlu Bernard Bot dalam pidato resminya kepada pemerintah Indonesia yang diwakili Menlu Hassan Wirajuda, di ruang Nusantara, Gedung Deplu, Jl Pejambon, Jakarta Pusat. "Fakta adanya aksi militer merupakan kenyataan sangat pahit bagi rakyat Indonesia. Atas nama pemerintah Belanda saya ingin menyatakan penyesalan sedalam-dalamnya atas semua penderitaan ini," kata Menlu Belanda Bernard Bot kepada wartawan dalam pidato kenegaraan tersebut, hari Selasa 16 Agustus 2005.
Bot tidak menyampaikan permintaan maaf secara langsung, hanya berupa bentuk penyesalan. Ketika ditanya mengenai hal ini, Bot menjawab diplomatis. "Ini masalah sensitif bagi kedua negara. Pernyataan ini merupakan bentuk penyesalan yang mendalam. Kami yakin pemerintah Indonesia dapat memahami artinya," kilah Bot.
Bot mengakui, kehadiran dirinya merupakan pertama kali sejak 60 tahun lalu di mana seorang kabinet Belanda hadir dalam perayaan kemerdekaan. "Dengan kehadiran saya ini, pemerintah Belanda secara politik dan moral telah menerima proklamasi yaitu tanggal RI menyatakan kemerdekaannya," tukas pria kelahiran Batavia (Jakarta) ini.
Pasca proklamasi, lanjut Bot, agresi militer Belanda telah menghilangkan nyawa rakyat Indonesia dalam jumlah sangat besar. Bot berharap, meski kenangan tersebut tidak pernah hilang dari ingatan rakyat Indonesia, jangan sampai hal tersebut menjadi penghalang rekonsiliasi antara Indonesia dan Belanda.
Meski menyesali penjajahan itu, Belanda tidak secara resmi menyatakan permintaan maaf. Indonesia pun tidak secara resmi menyatakan memaafkan Belanda atas tiga setengah abad penjajahannya.
Pidato ini dilakukan dalam rangka pesan dari pemerintah Belanda terkait peringatan Hari Ulang Tahun ke-60 RI. Turut hadir Menlu Hassan Wirajuda, Jubir Deplu Marty Natalegawa, dan sejumlah mantan Menlu. Dari pihak Belanda, hadir Dubes Belanda untuk Indonesia dan disaksikan para Dubes dari negara-negara sahabat.

Sikap Pemerintah Indonesia

Menlu Hassan pun hanya mengatakan,"Kami menerima pernyataan penyesalan dari pemerintah Belanda". Saat ditanya apakah dengan menerima penyesalan dari pemerintah Belanda berarti Indonesia memaafkan kejahatan Belanda semasa penjajahan dulu, Hassan tidak membenarkan dan tidak membantahnya. "Kita sudah dengar sendiri dari Menlu Bot. Ini adalah pernyataan yang sensitif. Di Belanda pun untuk menyatakan penyesalan ini menjadi perdebatan sejumlah pihak. Kita harus menghargai sikap Belanda," tutur Hassan.
Acara yang dimulai pukul 19.30 ini berakhir pada pukul 20.15 WIB. Usai menyampaikan pidatonya, kedua Menlu ini saling memotong tumpengan nasi kuning sebagai tanda dimulainya babak baru hubungan Indonesia dan Belanda.

Sumber: 

Selasa, 25 Desember 2012

UKM Perisai Diri UNHI Raih Juara II pada PDIC di Samarinda.



Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Perisai Diri (PD) UNHI Denpasar november kemarin mengirim 2 orang anggotanya untuk mengikuti Perisai Diri International Championship (PDIC) yang berlangsung dari tanggal 11-17 november 2012 di kota Samarinda. Kegiatan ini merupakan ajang internasional yang pesertanya berasal dari seluruh dunia.

“Kedua anggota UKM Perisai Diri UNHI yang berangkat adalah Kadek Edi Dwipayana, mahasiswa semester 5 jurusan Pendidikan Agama Hindu Fakultas Pendidikan Agama & Seni (F.PAS) dan  Nyoman Hendra Adinda Prasetyo, mahasiswa semester 5 jurusan Perencanaan Wilayah & Kota (PWK) Fakultas Teknik” ungkap Made Ari Setiawan selaku Badan Pengurus Litbang UKM Perisai Diri.

“Kita mendapatkan juara II kategori Serang Hindar kelas A Putra” ungkap Nyoman Hendra Adinda Prasetyo yang akrab dipanggil Hendra, ketika dihubungi melalui telepon (26/12/12). Ini semakin membuktikan bahwa UKM Paerisai Diri merupakan salah satu UKM di UNHI yang berprestasi baik dalam ruang lingkup regional, nasional, bahkan internasional.


UKM Perisai Diri sebagai salah satu UKM yang ada di UNHI merupakan UKM yang cukup banyak diminati oleh mahasiswa, terbukti dari tahun ke tahun jumlah mahasiswa yang bergabung pada UKM Perisai Diri semakin meningkat. Selain itu UKM Perisai Diri juga berprestasi, yang terakhir adalah meraih juara III Teknik Beregu pada ajang Perisai Diri Tampaksiring Cup.

“Untuk saat ini jumlah anggota UKM Perisai yang aktif ada 25 orang, belum termasuk anggota yang kurang aktif mengikuti kegiatan. Untuk jadwal latihannya sendiri dilakukan setiap hari selasa dan kamis jam 8 malam dan hari sabtu jam 8 pagi di lapangan kampus UHNI. Bagi teman-teman yang berminat untuk bergabung bisa langsung datang ke secretariat UKM Perisai Diri yang terletak di sebelah secretariat BEM UNHI” ujar adi menambahkan. (Gun)

Kuliah Sambil Kerja, Kenapa Tidak?

Belakangan ini banyak saya temui mahasiswa yang kuliah sambil bekerja, fenomena kuliah sambil bekerja ini memang banyak dijumpai diberbagai negara, tidak hanya dinegara berkembang, negara maju, di Indonesia bahkan sangat banyak dijumpai hal serupa. Berbagai alasan dan motif yang melatarbelakangi mengapa banyak sekali mahasiswa kuliah dan bekerja, faktor ekonomi adalah alasan yang menduduki peringkat pertama. Selain itu mencari pengalaman kerja dan memperluas relasi juga merupakan alasan yang cukup berperan sebagai pendorong mengapa mahasiswa memilih kuliah sambil bekerja. 

Kondisi perekonomian yang cukup sulit bagi sebagian lapisan masyarakat mendorong mahasiswa mencari solusi permasalahan finansial yang mereka hadapi, dan dengan bekerja adalah salah satu solusi untuk menjawab permasalahan tersebut. Collegecures, menyebutkan, ada dua jenis mahasiswa yang bekerja. Pertama, mahasiswa yang bekerja untuk membayar tagihan mereka, dan kedua, para pekerja yang kuliah. Yang pertama adalah jenis mahasiswa yang bekerja karena mereka mempunyai kewajiban untuk membayar beberapa tagihan, entah itu cicilan atau biaya kebutuhan sehari-hari. Ada juga sebagian mahasiswa yang memang mempunyai masalah dengan biaya kuliahnya, hal ini membuat  mereka berusaha meringankan beban orang tua dengan bekerja. Namun ada juga mahasiswa yang bekerja dengan alasan ingin belajar mandiri atau sekedar mencari tambahan uang saku seiring kebutuhan hidup yang semakin meningkat. 

Kedua, pekerja yang kuliah. Memang ada sebagian orang yang setelah tamat SMA memutuskan untuk bekerja lebih dulu sebelum ia melanjutkan untuk kuliah. Alasan ekonomi juga merupakan factor utama yang menyebabkan hal ini terjadi. Orang-orang seperti ini memilih untuk menunda waktu kuliahnya karena ingin mengumpulkan pundi-pundi rupiah, hingga akhirnya merasa cukup dan kembali melanjutkan studinya di bangku kuliah.

Berbeda dengan para pekerja yang baru tamat SMA, ada juga beberapa orang yang memang sudah bekerja pada perusahaan besar, sebagai PNS, dan pekerjaan lainnya yang memutuskan untu kembali kuliah. Alasannya cukup beragam, ada yang ingin menambah gelar atau title di belakang nama, ada juga yang beraslasan untuk memperbaiki karir, naik pangkat, naik tunjangan, naik pendapatan. Pekerja seperti ini cenderung mengikuti kuliah hanya sebagai formalitas untuk memenuhi alasan-alasannya. 

Apapun alasannya, sah-sah saja dan tidak ada yang melarang seseorang untuk kuliah sambil bekerja. Namun, yang perlu dipertimbangkan adalah tetap memprioritaskan kuliah pada prioritas utama. Hal ini kadang menjadi masalah karena kuliah sebagai prioritas utama bergeser posisinya menjadi prioritas kedua setelah pekerjaan. Sehingga banyak dijumpai pada kasus-kasus tertentu, kuliah menjadi “keteteran” atau terlantar karena mahasiswa keasyikan bekerja, sudah merasa nyaman dengan pekerjaannya dan tidak mampu mengatur waktu dengan baik.

Berbicara tentang bagaimana me-manage waktu dengan baik, sangat berkaitan dengan tipe pekerjaan yang dipilih. Apakah fulltime, parttime, atau freelance? Fulltime mengharuskan mahasiswa untuk bekerja dalam jadwal waktu yang pasti, atau lebih dikenal dengan istilah “jam kantor”. Untuk tipe pekerjaan seperti ini disarankan kepada mahasiswa untuk memilih program kuliah ekstensi kelas malam, karena program ini akan lebih memberikan keleluasaan bagi mahasiswa untuk melaksanakan kedua aktifitas tersebut dengan lebih teratur, siang untuk bekerja dan malam untuk kuliah. 

Tipe berikutnya adalah parttime dan shift work. Berbeda dengan fulltime, tipe pekerjaan ini mempunyai jadwal kerja tidak menentu, bisa diwaktu siang ataupun malam, tergantung jadwal kerja. Untuk tipe pekerjaan seperti ini, negosiasi dengan atasan akan membantu dalam upaya mencari titik temu antara jadwal kerja dan jadwal kuliah agar tidak saling bentrok. Kerjasama individual dengan rekan kerja atau lebih dikenal dengan istilah “tukeran shift” juga merupakan sebuah solusi untuk mendapatkan jadwal kerja yang lebih fleksibel. Sedangkan untuk tipe freelance akan lebih memberikan keleluasaan waktu bagi mahasiswa, karena tipe pekerjaan ini tidak mengikat. Sehingga mahasiswa lebih bebas menentukan waktu, kapan harus bekerja dan kapan harus kuliah.

Pada akhirnya apapun tipe pekerjaan dan motifnya, management waktu yang baik adalah sangat berperan. Bagaimana kita bisa menselaraskan kedua aktivitas tersebut “Kuliah Lancar, Kerja jalan”. Tidak kalah pentingnya ialah keseriusan dan komitmen untuk menempatkan keduanya dalam skala prioritas yang sama. Sangatlah penting untuk menimbang pro dan kontra sebelum memilih bekerja sambil kuliah. Kamu juga harus memahami pengorbanan yang harus kamu buat, dan berhati-hatilah agar tidak membuat jadwal kuliah bersamaan dengan waktu kerja. Satu hal yang juga perlu kamu jadwalkan adalah, waktu relaksasi atau refreshing. Setelah berkutat berhari-hari dengan pekerjaan dan tugas-tugas kuliah, kamu harus merefresh pikiran dan tubuh kita agar tetap terjaga konsistensinya. Kuliah sambil bekerja, kenapa tidak? (Gun)









.

Minggu, 23 Desember 2012

Pasar Kodok Jadi Incaran Anak Muda, Pecinta Merek Luar Negeri dengan Harga Miring.

Pasar kodok, mendengar namanya apa yang terbayang dibenak Anda? Mungkin sebuah pasar yang disekelilingnya banyak terdapat binatang kodok, atau bahkan ada yang berpikir jika pasar kodok adalah pasar yang khusus menjual binatang kodok. Kalau memang itu yang terlintas, Anda salah besar karena pasar ini tidak dikelilingi banyak kodok juga bukan menjual kodok melainkan pasar ini menjual pakaian-pakaian bekas. Dulunya dilokasi pasar ini merupakan persawahan yang banyak sekali ditemukan kodok, hal inilah yang kemudian membuat pasar ini disebut pasar kodok.

Pasar Kodok terletak di Desa Dauh Peken, Kediri, Tabanan, Bali. Pasar kodok ini dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua maupun roda empat sekitar 40 menit dari ibu kota Denpasar. Keberadaan pasar kodok ini dimulai sekitar tahun 2001 dan awalnya dimotori oleh para pedagang dari Jawa yang mengadu nasib di Bali, namun kebelakang pasar ini berkembang pesat hingga sekarang terdapat lebih dari 200 orang pedagang yang melakukan aktivitas di pasar ini. Pasar Kodok biasanya buka setiap hari, dan akan lebih ramai di akhir pekan yakni pada hari sabtu dan minggu.
Untuk masuk ke areal pasar, anda cukup membayar Rp 1.000,- untuk kendaraan roda dua dan  Rp 2.000,- untuk kendaraan roda empat. Mulai memasuki area pasar, anda akan disuguhkan suasana pasar yang berisi ratusan pedagang pakaian bekas yang tersebar rapi dalam jajaran kios di areal persawahan yang luas. Berbagai jenis pakaian bekas bisa anda temukan disini, mulai dari baju-baju, celana pendek, celana panjang, pakaian anak-anak dan dewasa sampai pakaian dalam pun ada di pasar ini. Bahkan sekarang sudah mulai ada yang menjual barang selain pakaian seperti tas, karpet permadani, dan lain-lain.


Para pedagang ini mendapatkan pakaian bekas tersebut dari para importer pakaian bekas,  pakaian-pakaian bekas ini didatangkan dari berbagai negara seperti Hongkong, Korea, Taiwan, Singapura, Jepang dan beberapa negara lainnya. Para pedagang membeli dari importir dalam jumlah banyak, satuannya sering disebut per bal (karung) pakaian bekas. Pakaiannya pun bervariatif, ada yang sudah disortir terlebih dulu dan dipisahkan sesuai jenis dan kualitas pakaian bekas itu sendiri, ada juga yang masih bercampur.

Harga per bal pakaian bekas itu berkisar antara Rp. 2 juta - 3 juta/bal. Dengan membayar sejumlah demikian pedagang bisa memperoleh 1000 pcs pakaian bekas. Kemudian para pedagang kembali menjual pakaian-pakaian bekas ke masyarakat di areal pasar Kodok ini. Untuk menambah daya jual pakaian bekas, beberapa pedagang biasanya terlebih dulu mencuci dan menggunakan pewangi pakaian, sedangkan untuk pakaian-pakaian tertentu pun disetrika, di masukkan dalam kemasan plastik dan digantung. Sehingga yang tampak seperti pakaian-pakaian bekas yang masih sangat layak pakai. Namun ada juga yang langsung menjualnya dalam keadaan lecek (lusuh).

Salah satu pedagang yang saya temui yakni Ahmad, ia mengaku mendapatkan pakaian bekas ini dari Sumatera. “Per bal saya dapat 2,5 juta, tapi barang saya khusus kemeja. Kalau yang lain kan ada yang masih campur mas, tapi kalau barang saya sudah dipisah dari sana” Ia juga menceritakan bagaimana awalnya hingga bisa membuka usaha pakaian bekas seperti sekarang ini. “ Dulunya saya cuma bantu-bantu teman karena belum punya modal, barang dagangan teman dibagi-bagi. Kurang lebih 1 tahun begitu mas. Akhirnya saya berani pinjam modal dan mulai buka usaha ini, syukur masih bisa sampai sekarang.” Ungkap pemuda asal Jawa Timur ini.

Bicara soal harga pakaian anda tidak perlu khawatir, semua pakaian bekas disini berkisar dari ribuan sampai ratusan ribu. Untuk pakaian anak-anak misalnya, dijual mulai dari Rp 3.000,- sampai Rp 5.000,- sedangkan pakaian dewasa mulai dari Rp 20.000,- sampai Rp 50.000,-. Tapi banyak pengunjung yang tak segan-segan merogoh kocek ratusan ribu untuk memborong beberapa potong pakaian bekas bermerk terkenal. Sebut saja merek Levis, Wrangler, Puma, Nike, Polo, GAP dan merek lainnya. 

Seperti pengakuan Eko, Pemuda berusia 20 tahun asal Denpasar ini tampak asik memilih celana yang digantung. Setelah beberapa kali membolak-balik deretan celana, ia pun memilih 2 buah celana pendek dibandrol pedagang Rp 45.000/potong. Tapi setelah tawar-menawar celanapun dibeli Eko seharga Rp25.000/potong.  Di pasar Kodok ini memang diperlukan kemampuan tawar menawar. Apabila bisa memilih dengan sabar dan tidak terburu-buru, kita bisa mendapatkan pakaian bekas bermutu dan dalam kondisi yang masih bagus. “Diluaran seperti di mall atau di toko enggak dapet celana bagus begini 25 ribu”, jelasnya.

Pengunjung Pasar Kodok berasal dari berbagai kalangan, salah satunya adalah kalangan anak muda khususnya yang mengetahui merek-merek ternama dunia. Kalangan anak muda memilih pasar kodok sebagai alternative tujuan shopping mereka bukanlah tanpa alasan. Alasan yang paling mendasar yakni kondisi keuangan yang terbatas, selain itu merek pakaian yang ternama dengan kualitas luar negeri, dan menariknya pakaian yang dijual disini cenderung limited edition (satu jenis). Anak muda cenderung memiliki gaya atau style sendiri dan memilih menggunakan pakaian yang tidak ada kembarannya  sehingga terkesan lebih personal. Efek personalitas ini yang tidak bisa didapat jika kita membeli pakaian di mall atau supermarket karena pakaian-pakaian yang dijual di sana rata-rata dibuat secara massal.

Tetapi umumnya anak-anak muda ini bersikap malu-malu kalau ketahuan membeli pakaian bekas. Sikap malu-malu dari konsumen pakaian bekas ini juga didorong oleh response sebagian besar masyarakat yang menganggap pakaian-pakaian bekas adalah sesuatu yang menjijikkan atau kelas bawah karena tidak jelas asal-usul sejarahnya, juga berkesan kumuh karena dibeli di pasar kodok yang sudah dikenal sebagai pasar pakaian bekas dan pasar OB (pasar obral) ini. Lalu, apa salahnya ketika bisa mendapatkan pakaian bermerek luar negeri dengan kualitas bagus juga dengan harga miring. (Gun)

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Free Web Hosting