Kamis, 31 Oktober 2013

Kunjungan Komisi VIII DPR-RI ke UNHI dalam Upaya Penegerian UNHI



Penegerian UNHI (Universitas Hindu Indonesia) yang awalnya sempat diisukan batal ternyata sekarang sedang dalam proses. Pasalnya pada Selasa kemarin (29/10/13) UNHI kedatangan tamu penting yaitu anggota komisi VIII DPR-RI dalam agenda pembahasan perubahan status UNHI dari PTS (Perguruan Tinggi Swasta) menjadi  PTN (Perguruan Tinggi Negeri). Acara ini berlangsung di Aula Lantai III Gedung Rektorat UNHI.

Rombongan anggota Komisi VIII DPR-RI disambut oleh segenap civitas akademika UNHI. Sejumlah penari UNHI mempersembahkan Tari Gabor di lobi gedung Rektorat UNHI sebagai penyambutan untuk para tamu. Hadir pula dalam acara tersebut Ketua PHDI Pusat S.N. Suwisma, Direktur Pendidikan Agama Hindu Ditjen Bimas Hindu Kemenag RI IB Subawa dan Direktur Pendidikan Agama Buddha. Dari UNHI hadir antara lain Ketua Yayasan Pendidikan Widya Kerthi Prof. Dr. IB Gunadha, Rektor UNHI Dr. IB Dharmika, M.A, Wakil Rektor II Dr. A.A Ngurah Sadiartha, WR III Drs. Mertha, M.Pd., para dekan, kaprodi, dosen dan mahasiswa di lingkungan UNHI.

Drs. H. Mahrus Munir
Dalam kunjungan tersebut, Drs. H. Mahrus Munir selaku ketua rombongan Komisi VIII DPR menyatakan bahwa dalam proses penegerian ini, komisi VIII DPR-RI bermitra kerja dengan Kementerian Agama yang membawahi pendidikan Agama salah satunya Universitas Hindu ini. “Kami juga ingin berbagi kesempatan bagi seluruh Agama tanpa terkecuali untuk memiliki Universitas berlandaskan Agama. Selama ini Universitas yang berlandaskan Agama Hindu memang belum ada, maka dari itu saya setuju dengan rencana Penegerian UNHI ini,” paparnya.

“Persyaratan-persyaratan penegerian yang diajukan memang sudah dipenuhi dengan baik. Oleh karena itu tidak ada alasan untuk Universitas ini tidak segera dinegerikan. Dari segi sarana prasarana yang saya ketahui dari Rektor UNHI sebagian besar memang sudah memenuhi kualifikasi untuk dijadikan PTN. Hal ini saya sampaikan untuk mendorong Kementerian dalam mengambil keputusan jika UNHI sudah memenuhi persyaratan maka segeralah dinegerikan. Jika ditunda terus-menerus, maka pengelola UNHI semangatnya dalam memperjuangkan perubahan status UNHI dari PTS menjadi PTN akan turun,” ungkapnya.

Untuk masalah waktu, belum dapat dipastikan kapan penegerian ini akan sepenuhnya disetujui. Hal ini kembali lagi kepada persyaratan penegerian secara administratif yang telah dipenuhi oleh Universitas tersebut. Maka dari itu, komisi VIII DPR bermaksud akan mendorong Kementerian Agama untuk segera memproses usulan Penegerian ini agar lebih cepat prosesnya.

Prof. Dr. IB Gunadha
Pihak yayasan juga optimis akan penegerian UNHI ini. Terbukti dari pernyataan Ketua Yayasan Pendidikan Widya Kerthi Prof. Dr. IB Gunadha bahwa ada 2 hal yang menjadi motivasi Beliau dalam memperjuangkan penegerian ini yaitu pernyataan Menteri Agama Surya Dharma Ali pada konferensi pers beberapa waktu lalu dan kunjungan Komisi VIII DPR-RI ke UNHI. Kedua hal tersebut sama-sama mendukung dan mengapresiasi penegerian UNHI sehingga menambah harapan Beliau agar UNHI segera dinegerikan.

UNHI juga memiliki visi dan misi untuk menjadikannya menjadi Universitas ternama tidak hanya secara regional maupun internasional. Untuk itu UNHI sudah melakukan rintisan-rintisan melalui pengadaan kerjasama dengan berbagai Perguruan Tinggi besar di beberapa Negara. Salah satunya yaitu 3 Perguruan Tinggi di India, Frankfut, dan Belanda. Bahkan secara realisasinya UNHI telah mengirim 12 orang dosen yang belajar di Belanda untuk mendapatkan gelar Doctor. Hal ini membuat UNHI memang layak untuk segera dinegerikan agar nantinya para dosen yang telah bergelar Doctor ini mendapatkan kompensasi yang wajar atas keahlian mereka.

Sejauh ini persiapan UNHI untuk menjadi negeri sudah hampir 80% dan menurut persyaratan, UNHI sudah bisa mengajukan akreditasi di tingkat Institut. “Minimal kita bisa mendapatkan akreditasi B dan harapan saya maksimal dapat akreditasi A itu sudah luar biasa,” harapnya. (iap, yun, yul)




Minggu, 27 Oktober 2013

Stand UKM Musik Tidak Hanya Sekedar Bermusik



Utsawa Bali Sani (UBS) merupakan pagelaran yang rutin dilaksanakan tiap tahunnya di Universitas Hindu Indonesia (UNHI). Acara ini digelar dalam rangkaian upacara piodalan Pura Maha Widya Mandira UNHI, Dies Natalis & Wisuda yang berlangsung selama bulan Oktober tahun 2013 ini.

Pada pagelaran Utsawa Bali Sani (UBS) yang ke-4 ini, diadakan berbagai perlombaan dan acara pertunjukan kesenian seperti lomba Bapang Barong, lomba Kendang Tunggal, lomba Geguntangan, Gong Suling Gita Semara, dan lain sebagainya. Selain itu, masing-masing fakultas maupun program studi (prodi) serta berbagai organisasi di kampus seperti Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) juga ikut memeriahkan UBS tahun ini. Mereka berlomba-lomba menunjukan ide-ide kreatif mereka dengan membuka pameran dan beraneka macam stand yang menarik.

Salah satunya yang cukup menarik perhatian adalah UKM Musik UNHI, UKM ini membuka stand yang bertempat di depan gedung rektorat kampus UNHI. Di sana mereka menyediakan makanan,  minuman dan juga live music yang disuguhkan oleh para musisi-musisi muda berbakat yang tergabung di dalam UKM ini.

I Wayan Yogantara selaku ketua UKM Musik menyatakan di UBS tahun ini UKM Musik mengangkat tema “Hanya UKM Yang Mampu Menuangkan Kreatifitas Mahasiswa”. Di sini UKM Musik  ingin menunjukan bahwa di dalam UBS ini mereka mampu menuangkan kreatifitas mahasiswa. “Kami ingin menunjukan ke Rektorat dan UKM yang lain bahwa kami mampu menampung dan menuangkan kreatifitas mahasiswa dalam hal yang positif, contohnya ya musik itu sendiri,” ungkapnya.

Mahasiswa semester 3 FPAS ini juga menambahkan bahwa UKM musik tidak bekerja sendiri, mereka juga bekerjasama dengan prodi Seni Rupa dalam hal dekorasi panggung, prodi Planologi dan kantin Bu Dayu dalam hal penyediaan makanan dan minuman. “Kami sengaja melakukan kerjasama ini agar mampu mempererat tali persaudaraan dengan yang lain, toh tidak ada aturan yang melarang kerjasama ini, malah kerjasama ini menghasilkan hal yang positif dan saling menguntungkan bagi kedua belah pihak” tambahnya lagi.

Sementara itu Ida Bagus Adi Triata Dharma selaku ketua panitia acara UKM musik juga menambahkan bahwa UKM musik bukan semata-mata mencari keuntungan di kegiatan ini. “Kami tidak ingin bersaing untuk mencari keuntungan, alangkah baiknya kalau kita bisa bekerja sama dan saling melengkapi dalam memeriahkan acara UBS ini. Banyak keuntungan yang kita dapatkan dari kerja sama ini, keuntungan yang saya maksud bukan hanya dalam hal materi tapi disini kita mendapatkan pembelajaran bagaimana cara untuk menjalin kerja sama yang baik dengan organisasi lain dalam hal menggali potensi diri dan memeriahkan acara UBS ini” ungkapnya.

       Seperti inilah kegiatan UKM musik pada UBS tahun ini, walaupun mereka bergerak dibidang seni musik, mereka tidak hanya menyuguhkan musik tapi mereka mampu melihat peluang dan bekerjasama dengan element kampus yang lain demi memeriahkan acara UBS ini dan memuaskan para pengunjung yang datang ke stand UKM musik. Hal ini juga patut dicontoh oleh UKM dan organisasi kemahasiswaan yang lainnya.(iap)

Selasa, 08 Oktober 2013

Pahlawan Pengajeg Seni Rupa di UNHI

Pameran seni rupa merupakan salah satu upaya untuk melestarikan keberadaan seni dan kerajinan. Seniman mempunyai keahlian yang sangat penting di dalam pelestarian seni dan kerajinan tersebut. Maka dari itu berbanggalah kalian para seniman karena kalianlah ‘pahlawan pengajeg seni rupa’ yang sesungguhnya.

Ornamen panggung Utsawa Bali Sani
Utsawa Bali Sani (UBS) merupakan kegiatan semacam pesta kesenian Bali mini di kampus Universitas Hindu Indonesia (UNHI). Kegiatan ini digelar sebagai rangkaian odalan Pura Maha Widya Mandira UNHI, Dies Natalis, dan Wisuda kampus yang berlandaskan budaya dan agama Hindu ini.

Pagelaran UBS yang ke-4 tahun ini berlangsung selama kurang lebih setengah bulan dan diisi oleh berbagai perlombaan dan acara pertunjukan kesenian seperti lomba Bapang Barong, lomba Kendang Tunggal, lomba Geguntangan, Gong Suling Gita Semara, dan lain sebagainya. Selain itu, masing-masing fakultas maupun program studi (prodi) serta berbagai organisasi di kampus seperti Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) juga meramaikan UBS dengan membuka pameran dan beraneka macam stand yang menarik. Bahkan ada juga stand yang dibuka oleh sponsor dari luar kampus pada UBS tahun ini.

Pameran Karya
Prodi Pendidikan Seni Rupa & Ornamen Keagamaan Hindu 
Salah satu stand pameran yang menampilkan hasil kerajinan dan kesenian yaitu dari stand Pameran Karya Prodi Pendidikan Seni Rupa & Ornamen Keagamaan Hindu di UNHI. I Gede Made Cipta Hary Anggara yang merupakan salah satu mahasiswa prodi seni rupa menjelaskan bahwa pada pagelaran UBS tahun ini mereka mengangkat tema “Unity of Diversity” yang berarti kesatuan dalam perbedaan. Makna dari tema tersebut adalah beraneka ragam seni rupa yang berbeda ditampilkan bersama menjadi satu kesatuan yang utuh. Merujuk kepada tema tersebut, tidak hanya kerajinan tangan seperti ukir-ukiran saja yang dipamerkan namun juga foto dan berbagai jenis lukisan baik itu lukisan dua dimensi maupun lukisan tiga dimensi.

“Untuk saat ini karya seni yang ditampilkan baru berasal dari seluruh mahasiswa prodi seni rupa dan beberapa dosen di UNHI. Namun kami tidak menutup kemungkinan untuk menerima sumbangan karya seni dari luar jika ingin karyanya dipamerkan di stand pameran kami,” ungkap mahasiswa semester 7 ini.


Lukisan Mural
Pada tahun awal kegiatan UBS prodi seni rupa hanya menyumbangkan keahliannya dalam membuat hiasan panggung UBS dengan ukir-ukiran yang rapi dan indah. Kemudian selanjutnya mereka mulai membuat pameran seni untuk diperlihatkan kepada pengunjung pada acara UBS. Namun sejak tahun lalu mahasiswa prodi seni rupa juga menampilkan lukisan mural yang kreatif dan menarik. Lukisan mural adalah teknik melukis di permukaan luas yang bersifat permanen dan dapat menggunakan media cat atau pewarna apapun bahkan kapur tulis untuk menghasilkan gambar. Untuk UBS tahun ini, mereka khusus membuat lukisan mural yang baru untuk dipamerkan.


Sketsa 1000 Wajah
Tahun ini prodi seni rupa membuat gebrakan baru dengan membuka stand ‘sketsa 1000 wajah’ tanpa dipungut biaya. “Ini adalah target kami untuk menggambar atau melukis wajah sebanyak 1000 lembar selama stand ini digelar yaitu dari tanggal 7-17 Oktober 2013. Kami sangat senang karena respon dari pengunjung cukup baik bahkan bisa dibilang antusias untuk dilukis wajahnya. Kami sempat kewalahan dalam melayani pengunjung yang tidak hanya berasal dari mahasiswa dan dosen UNHI saja namun juga dari masyarakat luar yang kebanyakan datang pada malam hari. Sebagian besar mengaku puas dengan hasil sketsa yang kami buat,” jelasnya.

“Bagi yang ingin dilukis wajahnya namun tidak sempat untuk datang ke stand kami, bisa dengan cara mengirimkan foto saja. Jadi nanti akan kami buatkan sketsa wajah berdasarkan foto tersebut,” tambah pria berumur 21 tahun ini.

Mereka berinisiatif untuk membuat pameran hasil kerajinan dan kesenian serta yang terbaru yaitu stand sketsa wajah ini agar prodi seni rupa dapat lebih dikenal oleh orang lain terutama masyarakat luar kampus. Ini juga membuktikan bahwa prodi seni rupa juga dapat menonjol dan berguna bagi banyak orang sehingga dapat lebih dihargai di kampus bernuansa Hindu ini dan tidak hanya dilirik jika sedang diperlukan saja. Mereka juga berharap semoga ke depannya ada mobilisasi yang lebih baik dan yang terpenting prodi seni rupa tidak lagi dipandang sebelah mata oleh orang lain.

Pameran seni rupa yang ada pada kegiatan UBS di UNHI seperti ini adalah salah satu upaya untuk melestarikan kesenian dan budaya khususnya yang ada di Bali. Seniman-seniman baik itu pelukis, pengrajin ukiran, dan lain-lainnya mempunyai keahlian yang sangat penting di dalam pelestarian seni tersebut. Maka dari itu berbanggalah kalian para seniman karena kalianlah ‘pahlawan pengajeg seni rupa’ yang sesungguhnya. (yun)


Jumat, 04 Oktober 2013

Keluarga Wisudawan dan Wisudawati UNHI Keluhkan Tempat Wisuda



Universitas Hindu Indonesia (UNHI) Denpasar menggelar acara wisuda sarjana ke-44, magister ke-16 dan doktor ke-4 pada hari jumat, 4 oktober 2013. Wisuda ini merupakan suatu proses pelantikan kelulusan mahasiswa yang telah menempuh masa belajar pada suatu universitas, di UNHI sendiri acara wisuda biasanya dilaksanakan dua kali setahun yakni pada bulan mei dan oktober. Acara yang dilaksanakan di aula kampus UNHI  ini dihadiri oleh pejabat Rektorat, Dekanat, Dosen, hadir pula undangan dari Dirjen Bimas Hindu Kementerian Agama RI, Rektor Universitas se-Bali, Ketua Kopertis VIII dan tentunya wisudawan dan wisudawati beserta keluarga dan kerabatnya.

Ada hal yang berbeda pada wisuda tahun ini, jika pada tahun-tahun sebelumnya pelaksanaan wisuda dikampus dilaksanakan di atas panggung buatan di lapangan kampus, wisuda tahun ini dilaksanakan di “aula setengah jadi”. Dikatakan setengah jadi karena aula yang digunakan memang belum sepenuhnya selesai alias masih dalam proses pengerjaan. Salah satu yang paling mencuri perhatian adalah aula belum dipasangi atap, selain itu juga belum dilengkapi fasilitas didalamnya seperti kursi dan sound.

Menanggulangi hal tersebut pihak panitia wisuda melakukan dekorasi dengan menyewa tenda, kursi dan sound. Panitia juga bekerjasama dengan mahasiswa seni rupa untuk interiornya dan penambahan fasilitas kipas angin untuk memberikan rasa nyaman kepada para undangan, wisudawan, wisudawati beserta keluarga.

Namun hal itu semua nampaknya belum maksimal, hal ini dibuktikan dengan rasa kecewa dari beberapa keluarga wisudawan dan wisudawati. Made Putra, orang tua dari salah satu wisudawan asal Karangasem  mengatakan kecewa dengan tempat pelaksanaan wisuda karena tidak sesuai dengan biaya yang dikeluarkan. “Saya kecewa dengan tempatnya, bayarnya mahal tapi tempatnya begini. Harusnya kan disesuaikan, kalau bayarnya segitu dimana, kalau tempatnya begini biaya bisa diturunkanlah sedikit” ungkapnya.

Sementara itu hal berbeda disampaikan orang tua wisudawati lainnya, I Putu Adnyana.
Pria asal Tabanan ini mengaku kecewa dengan tempat pelaksanaan wisuda putrinya karena kondisi gedung panas dan kurangnya tempat duduk. “Tempat wisudanya panas, ada kipas angin tapi lama sekali hidupnya. Kursinya juga kurang, kan kasihan banyak orang tua yang harus berdiri” ujarnya. Ia berharap kedepannya pihak kampus lebih memperhatikan fasilitas tempat wisuda sehingga bisa memberikan rasa nyaman kepada undangan juga keluarga wisudwan dan wisudawati.

Keluhan-keluhan dari orang tua merupakan ungkapan kekecewaan yang masuk akal, mereka datang jauh-jauh bahkan ada yang dari luar Bali untuk melihat putra-putri mereka diwisuda. Mereka membayar wisuda dengan biaya jutaan namun dilaksanakan di “aula setengah jadi”.

 Hal ini harus menjadi perhatian serius dan tanggungjawab semua pihak, bukan hanya dari rektorat atau dekanat tetapi UNHI secara menyeluruh. Jika tidak bisa saja akan mencoreng citra UNHI di masyarakat. Semoga wisuda tahun-tahun berikutnya hal yang sama tidak terulang lagi. Ini harus menjadi bahan evaluasi kedepannya demi terciptanya pembangunan dan perkembangan UNHI ke arah yang lebih baik. (SW)  

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Free Web Hosting