Selasa, 23 April 2013

Launching Logo Jubelium Emas 50 Tahun UNHI.



Universitas Hindu Indonesia (UNHI) Denpasar secara resmi melaunching logo 50 tahun usia UNHI sebagai Tahun Emas, sabtu (20/4/13) lalu di Ruang Rapat Lantai II Gedung Rektorat UNHI. Acara launching ini ditandai dengan potong tumpeng serta pemutaran video proses pembuatan logo 50 tahun UNHI. Launhing logo ini sekaligus menandai dimulainya berbagai rangkaian kegiatan memperingati hari jadi ITS ke-50 selama beberapa bulan ke depan hingga puncaknya pada bulan oktober nanti.

Acara launching logo ini dihadiri oleh Prof. Dr. IB Gde Yudha Triguna, M.Si selaku Dirjen Bimas Hindu Kementerian Agama RI, Prof. Dr. IB Gunadha, M.Si selaku Ketua Yayasan Pendidikan Widya Kerthi, Drs. IB Dharmika, M.Si selaku Rektor UNHI, Wakil Rektor (WR) I, Wakil Rektor (WR) II, Wakil Rektor (WR) III serta Dekan dan Wakil Dekan dari masing-masing fakultas yang ada di UNHI.

Pada kesempatan tersebut Drs. IB Dharmika, M.Si selaku Rektor UNHI menyampaikan bahwa ini merupakan awal dari perayaan Jubileum Emas 50 tahun UNHI. Berbagai kegiatan rencananya akan dilaksanakan UNHI hingga bulan oktober nanti sebagai puncak perayaannya. Selain mempersiapkan berbagai kegiatan, rencannya UNHI juga akan membuat beberapa buku antara lain Menapak Sejarah dan Dinamika Pemikiran.

“Buku menapak sejarah ini akan berisikan tentang sejarah perjalanan UNHI dari awal terbentuknya hingga sekarang. Dalam buku ini juga akan diisi profil Rektor yang menjabat di UNHI dari awal hingga sekarang. Untuk pengerjaannya sendiri UNHI sudah membentuk tim yang akan bertugas mengumpulkan data hingga menyelesaikan proses penulisannya.

Sedangkan buku Dinamika Pemikiran ini akan diisi ole hide-ide atau gagasan-gagasan tentang bagaimana membangun dan mengembangkan UNHI 50 tahun ke depan. Sama halnya dengan buku Menapak Sejarah, buku ini juga akan dikerjakan oleh tim yang dibentuk, hanya saja tulisannya berasal dari dosen-dosen masing-masing fakultas yang ada di UNHI” ungkap beliau menuturkan.  

Sementara itu Prof. Dr. IB Gunadha, M.Si selaku Ketua Yayasan Pendidikan Widya Kerthi menjelaskan bahwa perayaan Jubileum Emas 50 tahun UNHI ini merupakan momentum yang luar biasa, karena itu hendaknya kita jangan terlena atau cepat puas dengan apa yang sudah ada sekarang. Dengan usia ini kita seharusnya bisa melakukan evaluasi (instrospeksi) terhadap apa yang sudah kita lakukan selama ini

Beliau menambahkan “menanggapi rencana pembuatan buku saya sangat setuju, karena selama perjalanannya hingga kini akan mencapai usia 50 tahun, UNHI mengalami berbagai dinamika. Hal tersebut sudah sepantasnya membuat kita untuk flashback melihat apa saja yang sudah dilakukan pendahulu-pendahulu kita dalam membangaun dan mengembangkan UNHI hingga sampai sekarang ini”.

Senada dengan Rektor UNHI dan Ketua Yayasan Pendidikan Widya Kerthi, Prof. Dr. IB Gde Yudha Triguna, M.Si selaku Dirjen Bimas Hindu Kementerian Agama RI menyampaikan bahwa perayaan Jubileum Emas 50 tahun UNHI ini harus dijadikan momen untuk menguatkan komitmen membangun UNHI. Melalui pembuatan buku ini diharapkan seluruh civitas akademika bisa benar-benar mengetahui dan memahami bagaimana lembaga ini mulai didirikan hingga sampai sekarang ini, dan yang tidak kalah pentingnya adalah mengadopsi semangat para pendahulu kita yang telah membangun dan mengembangkan UNHI.

Beliau yang juga mantan Rektor UNHI ini berpesan untuk seluruh panitia perayaan Jubileum Emas 50 tahun UNHI agar mempersiapkan kegiatan ini lebih dini agar hasil yang dicapai bisa sesuai dengan harapan. Kepada seluruh civitas akademika baik itu jajaran rektorat, dekanat, dosen, pegawai maupun mahasiswa pada momen ini diharapkan bisa memberi kontribusi optimal sesuai dengan swadharma dan tugas masing-masing demi memajukan UNHI kedepannya.

Di akhir acara sebelum pemotongan tumpeng dilakukan ada acara kejutan untuk Prof. Dr. IB Gde Yudha Triguna, M.Si yang berulang tahun. Acara launching logo ini diakhiri dengan acara potong tumpeng, makan bersama serta pemutaran video pembuatan logo Jubileum Emas 50 tahun UNHI. (Gun)


Senin, 22 April 2013

Sejarah dan Refleksi Hari Buku Sedunia



World Book Day yang dirancang oleh UNESCO adalah sebuah perayaan buku dan literasi yang diadakan setiap tahun di seluruh dunia. Indonesia pertama kali melaksanakannya di tahun 2006 dengan prakarsa Forum Indonesia Membaca yang didukung oleh berbagai pihak, baik itu pemerintah, dunia usaha, akademisi, komunitas dan masyarakat umum. Pada awalnya adalah bagian dari perayaan Hari Saint George di wilayah Katalonia sejak abad pertengahan dimana para pria memberikan mawar kepada kekasihnya. Namun sejak tahun 1923 para pedagang buku memengaruhi tradisi ini untuk menghormati Miguel de Cervantes, seorang pengarang yang meninggal dunia pada 23 April.

Hingga itu sejak tahun 1925 para perempuan memberikan sebuah buku sebagai pengganti mawar yang diterimanya. Pada masa itu lebih dari 400.000 buku terjual dan ditukarkan dengan 4 juta mawar. Pada tahun 1995, Konferensi Umum UNESCO di Paris memutuskan tanggal 23 April sebagai World Book Day berdasar keberadaan Festival Katalonia serta pada tanggal tersebut, Shakespeare, Cervantes, Inca Garcilaso de la Vega dan Josep Pla meninggal dunia sedangkan Maurice Druon, Vladimir Nabokov, Manuel Mejía Vallejo and Halldór Laxness dilahirkan. Walaupun pada kasus Shakespeare dan Cervantes ada sedikit perbedaan karena masing–masing meninggal dihitung dengan sistem kalender yang berbeda dimana pada masa itu Inggris masih mempergunakan sistem Kalender Julian sedangkan Katalonia mempergunakan sistem Kalender Gregorian. Perayaan ini merupakan bentuk penghargaan dan kemitraan antara pengarang, penerbit, distributor, organisasi perbukuan serta komunitas–komunitas yang semuanya bekerja sama mempromosikan buku dan literasi sebagai bentuk pengayaan diri dan meningkatkan nilai–nilai sosial budaya kemanusiaan.

Secara umum, tujuan diselenggarakannya World Book Day sebagai sebuah world event adalah untuk menyemangati masyarakat, terutama kalangan anak–anak untuk mengeksplorasi manfaat dan kesenangan yang bisa didapat dari buku dan membaca. Acara–acara yang mengangkat dunia literasi sudah diselenggarakan di Indonesia, diantaranya ada ‘Hari Buku Nasional’, ‘Hari Kunjungan Perpustakaan’ sampai berbagai pameran dan bazaar buku (book fair) di tingkat lokal maupun nasional. Seiring dengan adanya globalisasi informasi dan perkembangan ilmu pengetahuan, sudah saatnya kita melebarkan aktivitas kita dalam dunia perbukuan dengan ikut berpartisipasi melakukan perayaan buku berskala internasional agar lebih menggaungkan buku dan literasi di tengah masyarakat Indonesia.

Forum Indonesia Membaca (FIM), sebuah organisasi sosial kemasyarakatan yang berkonsentrasi di aktivitas literasi, berupaya membuka ruang partisipasi seluas–luasnya kepada masyarakat dalam penguatan budaya baca. Setelah sukses dengan World Book Day yang diadakan pertama kalinya di Indonesia pada tahun 2006 di Plasa Depdiknas dan Perpustakaan Diknas, Senayan, Jakarta, dan banyaknya permintaan dari komunitas literasi, lembaga, penerbit buku dan masyarakat umum maka di tahun 2007, Forum Indonesia Membaca, dengan mengambil tema ‘Buku untuk Perubahan’, berusaha merealisasikan kembali pelaksanaan World Book Day di Indonesia menjadi sebuah tradisi festival yang tujuannya untuk merayakan buku dan literasi, dimana acara World Book Day membuka partisipasi masyarakat sebesar– besarnya dalam meningkatkan kesadaran akan pentingnya buku dan membaca, serta mengapresiasi dunia perbukuan itu sendiri, baik itu terlibat sebagai pembicara, pengisi acara, peserta, maupun sebagai pengunjung. Kegiatan selama penyelenggaraan World Book Day 2007 ini ditujukan untuk memunculkan wacana di masyarakat akan pentingnya buku, dunia membaca dan menulis sehingga muncul kesadaran di masyarakat untuk menggunakan literasi sebagai media perubahan dalam kehidupannya.

Refleksi Hari Buku Sedunia

Setiap tanggal 23 April diperingati sebagai hari buku sedunia. Hal ini memberi makna bahwa buku sedemikian penting bagi hidup dan kehidupan manusia.  Buku merupakan jantung hidup dan kehidupan manusia.  Buku adalah teman, sahabat dan fakta yang tak pernah berdusta. Ia menginformasikan apa adanya. Ia selalu setia menemani kita dalam memerlukan informasi, fakta dan data. Ia selalu memberikan informasi, inspirasi dan fakta yang selalu dapat membantu kita menemukan berbagai keperluan dan memecahkan berbagai persoalan yang kita hadapi.

Itulah buku ia merupakan kebutuhan primer bagi manusia. Berbagai peradaban besar tumbuh dan berkembang tidak lain adalah pengaruh dari suatu buku. Buku mampu menggerakan instuisi, inspirasi dan kreativitas manusia untuk menembus batas-batas belenggu kehidupan.  Orang bisa saja fisiknya dijajah atau dipenjara, namun pikiran dan idenya yang tertuang dalam buku mampu menggerakkan perubahan besar.  Buku mampu menjadi medium silaturahim, medium transformasi dan jejaringan sosial yang kemudian mampu melahirkan sikap, komitmen dan gerakan untuk melakukan perubahan.

Begitulah pentingnya buku. Oleh karena itu, tidaklah heran jika buku Lembaran Kerja Siswa (LKS) Bang Maman dan istri simpanan diprotes oleh para orangtua. Karena isinya, selain tidak sesuai dengan tingkat dan pemahaman siswa, juga dikhawatirkan akan mempengaruhi cara pikir dan pandang siswa terhadap sesuatu atau apa yang dibacanya. Konsep atau ide yang dibaca atau dipahami salah oleh seseorang akan berakibat pada cara pandang dan aplikasinya terhadap konsep itupun salah.  Contohnya, teroris yang sering diidentikkan dengan Islam, maka sebagian besar orang Barat mengangab Islam adalah sumber teroris. Padahal, soal kekerasan semua agama memiliki potensi yang sama. Namun, karena pengaruh buku, informasi dan berita yang disiarkan secara terus menerus, kemudian mempengaruhi cara pandang sesorang terhadap apa yang dibacanya.

Demikian juga, pada masa orde Baru banyak buku dan pengarang yang dilarang terbit atau beredar, karena dikhawatirkan akan menimbulkan  ketidaksamaan persepsi antara pemerintah dengan masyarakat terhadap sesuatu kasus seperti kasus G 30 S PKI-misalnya. Hal ini dilakukan, karena informasi yang beredar akan menimbulkan salah persepsi yang kemudian melahirkan kegonjangan social yang berakibat pada disentegritas social, bahkan nasional. Demkianlah, betapa besarnya pengaruh buku terhadap sesuatu persoalan yang terjadi atau yang akan terjadi. Ia merupakan sumber infirasi bagi suatu perubahan dan peradaban.

Namun demikian, buku juga seringkali dianggab sesuatu yang kurang bermakna. Buku adalah sesuatu yang kurang mendapat tempat dalam hidup dan kehidupan manusia. Ia hanya dipandang sebagai pelengkap dari sekian peralatan hidup lainya. Orang akan lebih tertarik membeli TV, DVD, Ladtop, Komputer, ketimbang membeli buku. Orangtua akan lebih suka membawa anaknya ke supermarket, Mall dan tempat rekreasi, ketimbang ke toko buku. Dalam perayaan ulang Tahun, jarang sekali orang memberikan hadiah dalam bentuk buku. Apalagi dalam kegiatan acara mantenan misalnya, orang yang membawa kado dalam bentuk buku dianggap kurang gaul atau dianggap tidak mengerti akan makna undangan yang dilayangkan.

Begitulah buku dalam kehidupan kita. Ia dianggap penting, namun perlakuannya kurang selaras dengan arti yang sebenarnya. Buku masih dianggap kebutuhan tersier, bukan kebutuhan primer. Hal ini bukan saja berlaku bagi orang awam.Namun juga berlaku bagi para guru , dosen  pelajar dan kaum birokrat itu sendiri. Penulis pernah melakukan survey terhadap penggunaan dana kesejahteraan guru yang diberikan pemerintah kepada para guru di Kabupaten Natuna.

Dalam survey itu, buku merupakan urutan terakhir, daftar barang atau hal yang akan dibeli. Padahal jelas buku sangat penting bagi seorang guru, untuk meningkatkan kompetensinya. Namun ia lebih mementingkan TV,  Kulkas, Handpon, kipas angin dan sejumlah peralatan yang bersifat konsumtif. Ini merupakan sikap yang kurang tepat jika dilihat dari profesi seorang guru. Mestinya, ia mementingkan buku, ketimbang yang lainnya. Para birokrat pun demikian, coba saja perhatikan cara pandang mereka ketika membicarakan anggaran tentang pustaka sekolah maupun pustaka umum. Dapat dipastikan bukan menjadi priorotas. Dan coba lihat di Kantor mereka,para SKPD sangat sulit kita menemukan sarana perpustakaan yang dapat menunjang kinerja mereka. Padahal mereka punya kewajiban untuk mengelola perputskaan khusus dilingkungan kerja mereka masing-masing.

Di kalangan pelajar lebih parah lagi. Mereka setiap detik, menit dan jam terus menerus melakukan SMS, nelpon dan Facebook melalui Handpon atau BB. Amat jarang mereka membeli apalagi membaca buku. Yang mereka baca adalah SMS yang sama sekali tidak menunjang proses belajar yang mereka hadapi. Para orangtua pun, akan belum merasa puas, jika anaknya tidak memiliki Handpon atau BB. Jarang para orangtua merasa kesal atau marah, jika anaknya tidak memiliki buku baru. Orangtua amat jarang membeli buku untuk anaknya, yang banyak dibeli adalah pakaian, atau mainan alat eliktronik. Demikianlah, terjadi kelirumologi terhadap buku dalam hidupan da kehidupan kita.

Buku sebagai teman, membaca panggilan hidup. Karenanya, tidak berlebihan jika dalam kita memperinngati atau merayakan hari Buku Sedunia tanggal 23 April ini kita berazam untuk menjadikan buku sebagai teman setia dan membaca sebagai panggilan hidup. Inilah makna yang harus kita tanamkan dalam hidup dan kehidupan kita, dalam suasana hari buku sedunia ini.  Yakni menjadikan buku sebagai teman dan membaca panggilan hidup.  Inilah tugas sejarah kita semua, yakni menempatkan buku sejajar dengan teman lainnya dan membaca merupakan bagian dari panggilan hidup kita. Semoga.

sumber :
http://pustakainfo.wordpress.com/2008/03/30/sejarah-hari-buku-sedunia-23-april/
http://www.haluankepri.com/opini-/28085-refleksi-hari-buku-sedunia.html

Minggu, 21 April 2013

Peringatan Hari Bumi, Sebuah Pergerakan Kepedulian Terhadap Lingkungan




Tahukah anda Hari Bumi yang diperingati setiap tanggal 22 April , menandai hari jadi lahirnya sebuah perubahan pergerakan kepedulian terhadap lingkungan tahun 1970-an. Hari Bumi lahir diprakarsai oleh seorang senator Amerika Serikat, Gaylord Nelson. Saat itu ia melakukan protes secara nasional terhadap kalangan politik terkait permasalahan lingkungan. Ia mendesak agar isu-isu tersebut dimasukkan dalam agenda nasional.

Perjuangan Gaylord Nelson dimulai sekitar lebih dari 7 tahun sebelum Hari Bumi pertama. Pada awalnya Gaylord berharap pemikirannya tercapai melalui kunjungan yang dilakukan Presiden Kennedy ke-11 negara bagian pada September 1963, namun dengan beberapa alasan kunjungan tersebut tidak mampu membawa isu lingkungan ke dalam agenda nasional. Upaya terus dilakukan Gaylord untuk merealisasikan idenya. Setelah tur Kennedy, Gaylord melakukan kampanyenya sendiri ke beberapa negara bagian. Di seluruh pelosok negara, bukti penurunan kualitas lingkungan terjadi di mana-mana. Semua orang menyadarinya, kecuali kalangan politik.

Akhirnya pada musim panas 1969 Gaylord mengetahui bahwa aksi demonstrasi anti-perang Vietnam telah menyebar secara luas melalui perguruan tinggi di seluruh negeri. Dari sana ia mendapat ide untuk melakukan hal yang sama dalam kempanye lingkungannya. Ia memilih kalangan bawah dalam melakukan aksi protes terhadap kerusakan lingkungan. Pada sebuah konferensi di Seattle September 1969, Gaylord mengumumkan akan mengadakan demonstrasi secara nasional pada musim semi 1970 atas nama lingkungan dan setiap orang diundang untuk berpartisipasi. 

Setelah itu, berbagai surat, telegram, dan telepon mengalir dari seluruh negeri. Warga Amerika akhirnya menemukan sebuah forum untuk mengungkapkan kepeduliannya atas penurunan kualitas tanah, sungai, danau, dan udara di lingkungan mereka. Pada 30 November 1969 New York Times melaporkan terjadinya peningkatan aktivitas kepedulian terhadap lingkungan di seluruh negeri terutama di kampus-kampus dan suatu hari untuk peringatan permasalahan lingkungan tengah dirancang untuk untuk musim semi mendatang yang dikoordinasi oleh Senator Gaylord Nelson. Hal ini menjadi bukti keberhasilan perjuangan Gaylord Nelson dalam mengedepankan isu lingkungan sebagai agenda nasional.

Pada tanggal 22 April 1970, akhirnya sekitar 20 juta warga Amerika turun ke jalanan serta memenuhi sejumlah taman dan auditorium untuk mengkampanyekan kesehatan dan keberlangsungan lingkungan. Ribuan mahasiswa berkumpul menentang kerusakan lingkungan. Kelompok-kelompok yang sudah sejak lama menentang adanya tumpahan minyak di lingkungan, pabrik-pabrik dan pembangkit listrik penyebab polusi, buruknya saluran pembuangan, pembuangan bahan-bahan berbahaya, pestisida, jalan raya, hilangnya hutan belantara, serta semakin punahnya kehidupan liar menyadari adanya kebersamaan atas perjuangan mereka dari masyarakat.

Hari Bumi pada tahun 1970 telah menghasilkan persatuan kalangan politik yang sebenarnya jarang terjadi, yang berasal dari kaum republik maupun demokrat, dan berbagai pencampuran kalangan lainnya. Hari Bumi pertama menjadi awal terbentuknya United States Environmental Protection Agency/US EPA (sebuah badan perlindungan lingkungan Amerika) dan juga sebagai langkah awal menuju lingkungan dengan udara dan air yang bersih, serta perlindungan terhadap mahkluk hidup.

Pada tahun 1990, peringatan Hari Bumi mulai berkembang secara global. Sekitar 200 juta orang dari 141 negara di dunia tergerak untuk mengangkat isu lingkungan dalam skala global. Hari Bumi 1990 pun menjadi titik tolak terlaksananya KTT Bumi 1992 di Rio de Janeiro.

Tahun 2000 Hari Bumi mendapat bantuan dengan adanya internet untuk menghubungkan para aktivis di seluruh dunia. Pada tanggal 22 April sekitar 5000 kelompok pemerhati lingkungan di seluruh dunia merangkul ratusan juta penduduk di 184 negara yang menjadi rekor baru untuk Hari Bumi yang diperingati pada tanggal 22 April setiap tahunnya menandai hari jadi lahirnya sebuah perubahan pergerakan kepedulian terhadap lingkungan pada tahun 1970. Hari Bumi lahir atas prakarsa seorang senator Amerika Serikat, Gaylord Nelson. Saat itu ia melakukan protes secara nasional terhadap kalangan politik terkait permasalahan lingkungan. Ia mendesak agar isu-isu tersebut dimasukkan dalam agenda nasional.

Berbagai kegiatan diselenggarakan secara bervariasi mulai dari rantaian suara genderang dari desa ke desa di Gabon, Afrika hingga ratusan ribu warga yang berkumpul di National Mall, Washington D.C., Amerika Serikat. Hari Bumi 2000 secara keras dan jelas menyerukan pesan bahwa penduduk dunia menginginkan tindakan yang cepat dan tegas untuk penggunaan energi yang bersih dan ramah lingkungan.

Di tahun 2013 ini, dalam rangka memperinganti Hari Bumi, tidak ada salahnya kalau manusia yang ada di bumi ini harus “santun” terhadap alam, bisa juga kelangsungan hidup umat manusia tergantung pada “kesantunan” kita pada alam, kita harus bisa membaca dan memahami isyaratnya. Pemanasan global dan kelangkaan pangan adalah salah satu isyarat bagi manusia agar kita “santun” terhadap alam, merawat bumi dengan cara memberi “nutrisi” pada bumi merupakan salah satu contohnya.

UKM Perisai Diri UNHI Menjadi Tuan Rumah HUT ke-49 KELATNAS Indonesia Perisai Diri Regional Bali




Tentu sudah tidak asing lagi saat mendengar Perisai Diri Universitas Hindu Indonesia (UNHI), yang merupakan salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang sedang naik daun saat ini. Pada hari sabtu, 20 April 2013 kemarin UKM Perisai Diri UNHI menjadi tuan rumah pada acara Hari Ulang Tahun (HUT) ke- 49 Keluarga Silat Nasional (KELATNAS) Indonesia Perisai Diri untuk regional Bali. KELATNAS Indonesia Perisai Diri sendiri sudah terbentuk dari 20 April 1964 sampai 20 April 2013.

Kegiatan yang dilaksanakan di lapangan Kampus UNHI Denpasar ini di hadiri oleh seluruh cabang perisai diri di regional Bali, sehingga merupakan kebanggaan tersendiri bagi UNHI karena terpilih sebagai tuan rumah dalam acara tersebut.”Acara ini juga kami laksanakan untuk menjawab tantangan yang diberikan oleh Bapak Rektor” terang Komang Murdana selaku Ketua Panitia.

Acara pagi hari ini terlihat cukup meriah, diawali dengan sambutan dari Pembina Perisai Diri Bali dan dari Bapak Rektor Universitas Hindu Indonesia (UNHI) Drs. Ida Bagus Darmika, M.Si kemudian dilanjutkan dengan Sambutan dari Dirjen Bimas Hindu Prof. Dr. Ida Bagus Yudha Triguna, MS sekaligus sebagai pembuka acara. Acara HUT sendiri terdiri dari Latihan pertama berupa senam dimana peserta dibagi berdasarkan tingkatan, dan latihan tanding antar Atlet Porsenijar. Acara dilanjutkan dengan diskusi pelatih dan pencerahan.

Kegiatan yang sudah direncanakan dalam beberapa minggu ini memang mengalami hambatan terutama kurangnya fasilitas secara materiil, namun karena kerja keras panitia akhirnya kegiatan ini dapat terlaksana dengan baik. Komang Murdana menambahkan bahwa melalui kegiatan ini diharapkan mampu mempererat tali persaudaraan dan bisa memotivasi para atlet untuk meningkatkan prestasi mereka di bidang Perisai Diri. (Desi)








Melihat Keberadaan Ruang Publik, Taman Kota Denpasar


Ruang terbuka publik atau open space adalah ruang tidak terbangun kota yang berfungsi untuk rekreasi,estetika,&ekologi. Fungsi rekreasi berhubungan dengan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan. Kegiatan rekreasi ini dapat berupa kegiatan-kegiatan olahraga, baik yang dilakukan oleh komunitas maupun perorangan, atau bisa juga berupa kegiatan-kegiatan yang lain misalnya sekedar duduk-duduk santai, membaca buku, bercengkrama dengan teman atau relasi, “momong” anak dan sebagainya. Dalam fungsi estetika,open space menyediakan pemandangan alamiah yang dapat dinikmati oleh pengunjung dan menjadi pengalaman pribadi. Dalam fungsi ekologi, open space bisa bertindak sebagai lingkungan alamiah,daerah resapan, meningkatkan keanekaragaman hayati serta menjadi tempat tinggal bagi makhluk-makhluk alam yang tidak dapat disediakan perkembangan kota.Keberadaan ruang publik dengan segala fungsinya seperti yang disebutkan di atas akan mendukung kesehatan manusia baik yang menyangkut fisik maupun mental/rohani.

Kualitas dan kuantitas ruang terbuka publik, terutama ruang terbuka hijau (RTH) saat ini, mengalami penurunan yang sangat signifikan.akibat intensitas penggunaan lahan yang semakin tinggi. Persoalan penurunan ini membawa dampak lanjutan : menurunkan kenyamanan kota,penurunan kapasitas dan daya dukung wilayah (pencemaran meningkat, ketersediaan air tanah menurun, suhu kota meningkat dan sebagainya). Padahal peraturan tentang RTH telah diatur dalam perundang-undangan yaitu dalam UU No.26 tahun 2009 dan Peraturan Menteri PU No.05/PRT/M/2008.

Seperti halnya dengan kota-kota lainnya di Indonesia, Kota Denpasar merupakan Ibukota Propinsi mengalami pertumbuhan dan perkembangan penduduk serta laju pembangunannya di segala bidang terus meningkat, memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap kota Denpasar. Maka merupakan keputusan yang tepat menurut saya ketika Pemerintah Kota (Pemkot) Denpasar memutuskan untuk menjadikan Lumintang bekas Pusat Pemerintahan (Puspem) Badung yang dirusak oleh masyarakat tahun 1999 menjadi sebuah Taman Kota. Menyadari pentingnya kebutuhan akan Ruang Terbuka Publik (open space) di Kota Denpasar,pemerintah Kota Denpasar mulai melakukan restorasi terhadap Taman Kota Denpasar (Lumintang) sebagai penyeimbang pembangunan guna menjaga kesehatan Lingkungan yang akan berdampak pada kesehatan masyarakat.

Diharapkan juga Pemkot Denpasar bisa menjaga dan atau bahkan menambah luasan open space untuk kelanjutan Kota Denpasar yang sehat jasmani dan rohani,sehingga masalah polusi yang dialami sekarang dan defisit air  tanah sebesar 27,6 Miliar m3 yang akan dialami Bali pada tahun 2015 (penelitian tim dari Jepang dari tahun 2009) bisa dihindari. Diharapkan juga kota-kota besar lain di Bali ikut serta untuk penyediaan open space seperti yang telah diatur dalam Undang-Undang maupun Peraturan Menteri tersebut.
 
Identifikasi Potensi dan Permasalahan Taman Kota Denpasar

            Taman Kota Denpasar terletak di jalan Gatot Subroto yang merupakan salah satu jalur trsibuk dan pusat kegiatan di kota Denpasar dilalui banyak orang, sehingga sangat memungkinkan untuk melakukan aktifitas yang bersifat interaktif. Selain itu, di sekitar taman kota Denpasar ada beberapa kantor pemerintahan yang berhubungan dengan pelayanan public seperti Dinas Perjanjian dan Dinas Catatan Sipil sehingga masyarakat bisa menngunakan taman kota sebagai tempat menunggu apabila memiliki keperluan disana dan menikmati fasilitas yang ada di ruang public. Para siswa (SMP Negeri 10, SMP PGRI 9, Yayasan Darma Praja ) seringkali menggunakan Taman Kota Denpasar sebagai tempat menunggu jemputan atau sekedar beristirahat menunggu jam belajar tambahan ataupun ekstrakurikuler, karena sekolah mereka sangat dekat dengan taman Kota Denpasar.

            Permasalahan yang terjadi yang terkait lokasi tanan Kota Denpasar yang terletak berbatasan dengan jalan Gatot Subroto adalah permasalahan polusi udara dan kebisingan, terutama taman kota bagian selatan atau di lapangan upacara. Kemungkinan permasalahan tersebut menjdai slah satu penyebab konsentrasi aktifitas warga di taman kota lebih ke bagian utara dari taman kota Denpasar.
 
Fisik dan Tipologi

Saat ini kondisi taman kota Denpasar semakin membaik seiring keseriusan pemerintah dalam hal penyediaan ruang publik atau ruang terbuka hijau untuk warga kota. Menurut pantauan kami, DKP yang diberikan mandat untuk perawatan taman kota bekerja cukup serius. Terbukti dengan taman yang disiram dengan rutin,serta kebersihan taman yang tetap dijaga dengan disapu secara rutin 2x sehari pada pagi dan sore hari. Serta sistem pengangkutan sampah oleh truk DKP dengan jam angkut yang hampir bersamaan dengan pembersihan taman.

Kebersihan taman berdampak pada antusias warga untuk datang ke taman kota. Dengan tujuan yang beragam,warga menikmati areal taman kota yang bersih dan tertata rapi. Variasi penggunaan taman serta keberagaman usia warga yang menikmati segala aktivitas masing-masing memberikan warna pada taman kota sendiri. Seperti diadakannya pasar rakyat di taman kota,yang memberikan suasana baru kepada pengunjung yang sudah sering datang ke taman kota.

Namun seperti pepatah “tak ada gading yang tak retak”,permasalahan depo atau tempat penampungan sampah menjadi suatu pemandangan yang biasa ditemui ketika akhir pekan datang. Dinas terkait seolah tidak memprediksi jumlah pengunjung yang datang ke taman kota saat akhir pekan,sehingga sering terjadi over kapasitas di depo sampah di sebelah barat taman yang menyebabkan sampah berceceran di jalanan. Hal itu menyebabkan keindahan taman kota menjadi tercemar. Selain itu luas taman kota yang kurang lebih hanya 21.038 m2 ,menyebabkan daya tampung terhadap warga yang datang juga tidak terlalu banyak, sehingga kecil kemungkinan untuk mengadakan sebuah acara-acara besar. Landmark sebagai identitas dari sebuah taman kota juga belum dibangun oleh Pemkot Denpasar.

Sarana dan Prasarana

Untuk menunjang segala aktifitas warga dari beragam usia, taman kota mau tidak mau harus menyediakan segala sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh warga. Pemkot Denpasar menunjukkan keseriusannya dalam hal pengelolaan ruang publik terutama di kota Denpasar. Segala sarana dan prasarana telah disediakan seperti, pedestrian, tempat duduk, tempat sampah, areal parkir, arena bermain anak-anak, dan lain sebagainya telah disediakan. Keran air bersih yang bisa langsung diminum juga tersedia di sebelah barat dari taman kota. Ditambah lagi jalur khusus seperti jalur kursi roda dan jalur tuna netra juga disediakan sebagai bentuk perhatian pemerintah kepada para penyandang cacat untuk mendaptakan hak menikmati ruang publik.

Tapi dengan berfokus pada penyediaan sarana dan prasarana pendukung tersebut, Pemkot Denpasar melupakan masalah yang sangat mendasar, yaitu penyediaan toilet yang bisa digunakan oleh warga yang datang ke taman kota. Sebenarnya ada satu toilet umum, namun selalu terkunci setiap kami melakukan survey ke taman kota. Hal tersebut menjadi salah satu penyebab sering kali warga terutama kaum lelaki lebih memilih buang air kecil di sembarang tempat. Selain itu beberapa tempat sampah terlihat sudah mulai rusak bahkan ada yang sudah tidak bisa dipergunakan lagi.
 
Taman Kota denpasar “Lumintang” sudah memeberikan ruang yang baik untuk warga kota. Selain lokasinya yang mudah diakses, sarana dan prasarana yang ada juga cukup menunjang aktivitas warga yang dating untuk melepaskan penat dari hiruk pikuk kota. Memang butuh perbaikan, pengaturan, dan juga penataan di beberapa bagian, namun dari pendapat warga yang dating sebagian besar cukup pias dengan keberadaan Taman Kota Denpasar.(godel)






Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Free Web Hosting