Selasa, 10 Desember 2013

Tolak PKL, For Mahasiswa FPAS Pasang Spanduk Penolakan

Spanduk Penolakan PKL di tempat parkir depan gedung Rektorat UNHI
“Tolak PKL. PKL Rekreasi. Mahasiswa bukan sapi perah. Mafia pendidikan.
Dekanku sayang mahasiswaku malang.  Lanjutkan Surat Keputusan (SK) Rektor No.167 yang tidak mewajibkan PKL bagi mahasiswa. stop komersialisasi pendidikan.
Kami siap aksi menolak PKL”

Begitulah kata-kata yang tertulis pada spanduk-spanduk penolakan praktek kerja lapangan (PKL) yang dipasang oleh mahasiswa semester VII Fakultas Pendidikan Agama dan Seni (FPAS) UNHI yang tergabung dalam Forum Mahasiswa FPAS pada Senin (9/12/13). Spanduk dipasang pada dua tempat di lingkungan kampus UNHI, satu spanduk dipasang di depan gedung rektorat UNHI tepatnya di halaman parkir. Sedangkan satu lagi di pasang di gedung FPAS. 

Namun spanduk tersebut tidak bertahan lama. Sekitar pukul 09.00 terlihat pegawai FPAS melepaskan spanduk yang terpasang di gedung FPAS. Sedangkan spanduk satu lagi yang berada di halaman parkir depan rektorat sudah hilang tanpa diketahui siapa yang melepas.

Spanduk Penolakan PKL di Gedung FPAS
Forum Mahasiswa FPAS dalam selebarannya menolak kegiatan PKL karena berkaca pada kegiatan PKL tahun lalu. PKL tidak berjalan sesuai harapan, banyak jadwal kegiatan yang berjalan tidak sesuai dengan rencana. Hal ini juga berdampak pada laporan akhir kegiatan PKL yang terkesan “formalitas”, hal ini disebabkan mahasiswa tidak mendapatkan bahan penelitian yang cukup. Bahkan PKL terkesan hanya kegiatan rekreasi yang tidak bermanfaat dan hasilnya di luar harapan mahasiswa. 

Selain itu mereka mempertanyakan mengapa PKL harus dilaksanakan lagi, bukankah mahasiswa FPAS sudah melakukan praktek mengajar dan kuliah kerja nyata (KKN) sebelumnya.

Ketika hal ini dikonfirmasi ke pihak fakultas, Dekan FPAS dalam keadaan sakit. Sementara itu pihak lainnya di fakultas, baik itu dosen maupun pegawai mengatakan no coment alias tidak bisa dimintai keterangan. (sd, tpg)



Minggu, 08 Desember 2013

Jegeg Bagus UNHI “Terlantar”

 
          UNHI – Kompetisi pemilihan duta tampaknya sudah marak terjadi di berbagai sektor. Jika kita mengenal ajang bergengsi seperti Pemilihan Putri Indonesia, ajang serupa juga sudah merambah ke beberapa sektor seperti pariwisata, bisnis dan pendidikan. Dalam dunia kampus, tampaknya acara serupa menjadi salah satu agenda penting yang dilaksanakan. Hal ini terjadi juga di Universitas Hindu Indonesia (UNHI) Denpasar yang mengadakan pemilihan Jegeg Bagus UNHI 2013 belum lama ini.

            Pada perhelatan tersebut, pasangan duta Fakultas Ekonomi (FE) Ni Kadek Desy Natalia dan I Wayan Eka Dharma Putra dinobatkan sebagai Jegeg dan Bagus UNHI 2013 pada malam final “Pemilihan Jegeg Bagus UNHI 2013” di aula kampus setempat, Senin (14/10) malam. Layaknya duta-duta lainnya, icon yang terpilih akan melakukan tugas utama yaitu promosi. Selain itu, kegiatan ini mendukung peran kampus mewujudkan citra layanan pendidikan tinggi Indonesia sebagai sistem yang mampu menghasilkan insan bermartabat, berbudaya dan berkepribadian sehingga menjadi pendorong dalam peningkatan mutu pendidikan dan kebudayaan di Indonesia guna mendorong generasi muda Indonesia untuk terus berprestasi.


            Namun sejak terpilihnya pasangan ini sebagai Jegeg Bagus UNHI 2013, menurut Ni Kadek Desy Natalia belum ada program kerja untuk mereka kecuali diwajibkan mengikuti kegiatan Latihan Kepemimpinan Manajemen Mahasiswa Tingkat Dasar (LKMM-TD) yang dilaksanakan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unhi pada tanggal 29 November – 1 Desember 2013 di Ashram Gandhi Puri Klungkung. “Kami rencananya ada program kerja  yaitu mengunjungi panti asuhan dan memberikan sumbangan kepada anak-anak kurang mampu namun jika disetujui dan akan kami coba koordinasikan lagi dengan kak Era (Ketua BEM UNHI),” tambah I Wayan Eka Dharma Putra.

            Perhelatan Jegeg Bagus UNHI 2013 ini tentunya jangan sampai menjadi ajang formalitas semata. Maka haruslah ada program kerja yang jelas untuk 1 tahun ke depan sejak mereka terpilih agar jangan sampai muncul opini bahwa Jegeg Bagus UNHI “terlantar” dikarenakan tidak memiliki program kerja. “Harapan saya, kami mampu mempromosikan kampus keluar wilayah Denpasar karena kampus UNHI belum terkenal di Kabupaten lain. Dari pihak BEM juga saya harap menyiapkan program kerja agar kami tidak menganggur,” papar pria semester 3 program studi akuntansi ini. 

            “Di samping itu, kami juga ingin menunjukkan bahwa mahasiswa yang kuliah sore tidak menutup kemungkinan untuk mengikuti kegiatan kampus, agar tidak disebut sebagai mahasiswa yang hanya kuliah pulang kuliah pulang (kupu-kupu) walaupun dengan kesibukan kami bekerja di pagi hari,” ungkap wanita yang pernah menjadi Finalis Lomba Olimpiade Akuntansi di Universitas Negeri Malang tahun 2011. 

“Harapan kami juga pemilihan Jegeg Bagus ini diadakan di luar Kegiatan Utsawa Bali Sani (UBS) agar lebih terlihat sebagai hari spesial pemilihan Jegeg Bagus dan pastinya akan menarik antusias mahasiswa agar lebih banyak yang menonton. Jika digabung dengan UBS maka pemilihan Jegeg Bagus tidak terlalu terlihat serta untuk hadiah agar diinformasikan terlebih dahulu guna memotivasi dan memperbanyak jumlah peserta, ” ungkap pasangan duta kampus UNHI ini senada.

Ketika dikonfirmasi dengan BEM UNHI sebagai panitia penyelenggara perhelatan Jegeg Bagus Unhi 2013, Ni Putu Era Sukmayanti selaku Ketua BEM UNHI menyatakan akan mempersiapkan program kerja nanti.“Diawal tahun 2014 kita akan memberikan mereka program kerja, bukan kita yang memberikan, tapi mereka juga mengajukan program kerja mereka agar tidak dibilang BEM yang memerintahkan mereka untuk melakukan program kerja ini, “ ungkap Ketua Bem UNHI ini menegaskan. 

Perihal harapan Pasangan Jegeg Bagus Unhi agar kegiatan ini diadakan di luar Utsawa Bali Sani , Ni Putu Era Sukmayanti juga menyatakan salah satu juri pada saat kegiatan Jegeg Bagus UNHI yaitu Bapak Ida Bagus Purwa Sidemen, S.Ag juga menyarankan untuk tahun depan agar Jegeg Bagus UNHI diadakan diluar kegiatan Utsawa Bali Sani. Ia juga mengharapkan agar tahun depan kegiatan ini lebih bagus dari tahun sekarang.


            Banyak cara untuk memperkenalkan kampus, salah satunya melalui pemilihan Jegeg Bagus yang dilakukan oleh UNHI. Sebagai duta kampus, hendaknya disiapkan program kerja seperti mengenalkan kepada mahasiswa baru terhadap lingkungan kampus, mekanisme layanan, penggunaan sarana yang tersedia serta organisasi kemahasiswaan yang ada. Tidak lupa juga sebagai duta kampus, sebaiknya dilibatkan menjadi penerima tamu saat ada kunjungan dari pihak luar. 

Untuk progam kerja luar kampus bisa melakukan promosi UNHI ke masyarakat melalui event-event universitas, pameran pendidikan, roadshow ke sekolah-sekolah baik di Denpasar maupun di luar Kotamadya Denpasar. Maka dari itu mari kita tunggu bersama program kerja apa yang disiapkan  untuk Jegeg Bagus UNHI 2013 agar mereka mampu memberikan kontribusi yang bermaanfaat bagi kampus selama 1 tahun ke depan. Untuk selanjutnya kita semua berharap agar ajang ini menjadi perhelatan tahunan berkualitas serta melahirkan Jegeg Bagus UNHI yang diharapkan mampu menjadi cerminan bagi mahasiswa lainnya dan jangan sampai hanya menjadi ajang formalitas ataupun ceremonial belaka.(nd/gun)

Jumat, 06 Desember 2013


TRANSPARANSI BUDAYA


            Seiring perkembangan arus globalisasi dan tidak ada pemisah yang nyata antara budaya bangsa yang satu dengan yang lainnya semakin membuat budaya lokal kita menjadi “pincang”. Bagaimana tidak, dulu beda antara budaya timur dan barat terpampang nyata. Namun kini dinding pembatas itu semakin rapuh bahkan jebol membuat mereka saling tarik menarik. Yang kalah hanyalah menjadi pengikut trend budaya pemenang arus global. Itulah yang juga terjadi terhadap budaya lokal Indonesia, termasuk budaya bali. Kini hanyalah percikan pemikiran kecil dari para penggerak yang mampu membangkitkan semangat rasa peduli untuk tetap mempertahankan budaya lokal seperti yang dilakukan oleh Nyoman Gunarsa.
Upaya yang dilakukan Maestro Seni Nyoman Gunarsa yang menggagas dan melaksanakan Festival Internasional Bahasa Bali atau International Festival of Balinese Language (IFBL) di Museum Gunarsa Semarapura, Kabupaten Klungkung diselenggarakan dari tanggal 08 - 30 November 2013 dikemas dalam bentuk parade seni dengan melibatkan ratusan seniman lokal dan mancanegara.
Upaya melestarikan bahasa daerah dan sastra sangatlah penting, mengingat pada masa kini batas pemisah antara Negara dan manusia semakin kabur dan selanjutnya terjadilah proses interaksi, adaptasi, adopsi bahkan kolabrasi berbagai unsure budaya. Hal itu diperparah lagi dalam kondisi komunikasi keseharian baik di rumah maupun luar rumah semakin enggan menggunakan bahasa Bali. Bahkan  ada ungkapan generasi muda bahwa berbahasa Bali adalah hal kuno. Dalam suatu dilematis tersebut, upaya pemberdayaan bahasa dan sastra Bali dilihat sebagai sebuah kegiatan strategis, agar budaya local dapat mengaktualisasikan diri dalam konteks global, dan dipihak lain menghindarkan berbagai pengaruh homogenisasi budaya.
Kegiatan yang berlangsung hampir sebulan itu juga melibatkan peserta dari Sembilan Negara yang meliputi Australia, Belanda, Italia, Switzerland, Perancis, Amerika Serikat, Jepang dan India serta Indonesia yang sekaligus menjadi tuan rumah. Kegiatan tersebut diawali dengan pawai sastra budaya, pembacaan puisi/prosa berbahasa daerah Bali, bercerita menggunakan Bahasa Daerah Bali, menyanyi lagu berbahasa Bali, pementasan drama berbahasa Bali serta pameran buku langka Bali dan prasilontas.
Gunarsa berharap peserta dari mancanegara mampu memperkaya khasanah Bahasa Bali sehingga tidak tercabut dari akarnya, sekaligus memberikan masukan dalam memuliakan, mengembangkan dan melestarikan bahasa Bali. Selain itu mampu menyebarluaskan kepada dunia internasional tentang hakekat bahasa Bali dan sastra di dalam dunia pendidikan untuk membentuk karakter bangsa, sekaligus memperkaya khasanah budaya dunia.
Gunarsa menambahkan, pihaknya menggelar kegiatan IFBL mengingat pemerintah pusat, khususnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tidak lagi mencantumkan Bahasa Daerah Bali dalam kurikulum mata pelajaran pokok khususnya di Bali sebagai bahasa ibu. Berbagai persiapan telah dilakukan untuk menyukseskan kegiatan bertaraf internasional itu, termasuk pembentukan panitia dan panitia pengarah dengan pelindung Gubernur Bali Made Mangku Pastika.
Budaya luar boleh saja membaur dengan budaya lokal, namun jangan sampai mendepak budaya dan kearifan lokal. Karena jika itu sampai terjadi sama saja kita telah kehilangan jati diri.


 Salam PERSMA
(Devi & Virgo)

Senin, 02 Desember 2013

LKMM-TD 2013: Manfaat di Tengah Keterbatasan




 Pada hari Jumat (29/11/13), Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Hindu Indonesia (UNHI) Denpasar mengadakan kegiatan Latihan Kepemimpinan Manajemen Mahasiswa Tingkat Dasar (LKMM-TD) dalam rangka program kerja (PROKER) BEM periode 2013/2014. Kegiatan yang diadakan selama 3 hari 2 malam ini diselenggarakan di Asrham Gandhi Puri Klungkung. Acara ini dibuka oleh Bapak Drs. Ida Bagus Suatama M.Si selaku perwakilan Rektor yang pada kesempatan tersebut berhalangan untuk hadir.

Kegiatan dengan tema “Bangkitkan Potensi Kepemimpinan dalam Diri untuk Melahirkan Pemimpin Muda yang Berkualitas” ini diikuti oleh 54 orang peserta dari 68 orang yang mendaftar. Ni Wayan Evayani selaku ketua panitia dalam acara ini menyatakan bahwa walaupun belum mencapai target yang diharapkan yaitu 100 orang peserta, namun ia cukup puas karena ada peningkatan jumlah peserta dari tahun lalu yang hanya diikuti oleh 30 orang peserta saja.

“Memang rencana awal kami menargetkan peserta yang ikut sebanyak 100 orang namun tidak tercapainya target tersebut dapat kami jadikan evaluasi untuk kegiatan tahun depan. Kami akan mencari tahu apa saja yang kurang dan perlu diperbaiki sehingga tahun depan acara ini bisa berjalan dengan lebih baik lagi,” tuturnya.

Pada acara ini dihadirkan beberapa pembicara untuk mengisi materi bagi para peserta, di antaranya yaitu I K. Satria S.Ag yang membawakan tentang Metode dan Tehnik Diskusi, Ni Putu Era Sukmayanti yang membawakan tentang Dasar-Dasar Kepemimpinan, Ni Putu Hery Susanti yang membawakan tentang Tehnik Penyusunan Proposal dan Surat, I Gusti Ngurah Made Wira Dharma Putra dan I Putu Agus Saskara yang membawakan tentang Manajemen Aksi dan Propaganda, Drs. I GM Jaya Serataberana M.Si yang membawakan tentang Manajemen Konflik, serta Pande Nyoman Taman Bali yang membawakan tentang Sejarah Pergerakan dan Dinamika Mahasiswa.

Selain kegiatan diskusi, pada acara LKMM-TD ini juga diisi dengan kegiatan Yoga Namaskara, test, kuis, debat kelompok, malam keakraban, tracking, outbond, dan lain-lainnya. Acara LKMM-TD ini bertujuan untuk membentuk dan menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dalam menyongsong perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat serta melahirkan pemimpin-pemimpin muda yang berdedikasi dan berkepribadian dalam menyiapkan pengurus-pengurus organisasi kemahasiswaan (ORKEMAS).

“Mahasiswa sebagai agen of change merupakan calon pemimpin yang diharapkan mampu membawa perubahan yang lebih baik untuk bangsa, perubahan zaman harus diikuti oleh penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Sekarang ini mahasiswa cenderung kurang begitu menyadari peran mereka sebagai mahasiswa. Hal ini disebabkan kebanyakan dari mereka berorientasi terhadap kewajiban utama yaitu kuliah tanpa memperdulikan peran lainnya yang sebenarnya tidak kalah pentingnya yaitu berorganisasi,” jelas perempuan kelahiran Tabanan ini. 

“Oleh karena itu, pengkaderan pada orkemas khususnya di UNHI Denpasar sangat diperlukan untuk memperbaiki pergerakan sebuah organisasi di lingkungan UNHI Denpasar. Maka berkaitan dengan hal tersebut maka BEM UNHI melaksanakan acara ini, yang di dalam kegiatannya peserta akan dilatih di bidang keorganisasian dan kemasyarakatan. Dengan adanya acara LKMM-TD ini diharapkan akan melahirkan mahasiswa atau calon pemimpin yang berkualitas, seorang pemimpin yang bisa menjadi agen perubahan bagi bangsa,” tambah mahasiswi fakultas ekonomi ini.

peserta laki-laki mandi di sungai
Acara LKMM-TD ini diselenggarakan di Asrham Gandhi Puri dengan pertimbangan bahwa tempat ini memiliki suasana yang tenang, asri dan memiliki aura positif yang cocok untuk melakukan pelatihan seperti kegiatan LKMM-TD. Namun, sayangnya para peserta harus gigit jari ketika melakukan acara LKMM-TD ini dengan segala keterbatasan seperti air yang tidak cukup bagi seluruh peserta dan panitia. Sampai-sampai peserta dan panitia laki-laki harus mengalah untuk mandi di sungai dekat Asrham.

“Pihak panitia memang sudah tahu bahwa di tempat tersebut sedang krisis air, namun kami sudah mengupayakan untuk membeli air sebagai solusinya. Tetapi pada saat acara berlangsung, terjadi keterlambatan pasokan air dari pihak PDAM yang tentu saja tidak kami harapkan,” konfirmasi mahasiswi program studi (prodi) akuntansi ini.

Banyak Keluhan

Banyak keluhan dari peserta LKMM-TD yang merasa kurang nyaman melakukan kegiatan di Asrham Gandhi ini. Mulai dari bus yang sempat salah jalan ketika menuju ke lokasi tersebut. Evayani mengkonfirmasi kembali hal ini terjadi karena sopir bus awalnya sudah mengatakan bahwa ia tahu jalan menuju ke lokasi namun ternyata itu jalan menuju ke Asrham yang lainnya. Sedangkan panitia yang ada di bus kebetulan kurang paham akan jalan menuju ke Asrham Gandhi.

 Peserta laki-laki juga merasa mendapat perlakuan yang berbeda karena kamar untuk laki-laki kurang memadai dibandingkan dengan kamar untuk perempuan. Kamar untuk laki-laki dijadikan tempat berlangsungnya acara dan malamnya dijadikan tempat tidur. Mereka kecewa karena kamar mereka tidak memadai seperti kamar peserta perempuan.

Selain itu, beberapa acara yang sudah dijadwalkan sejak awal terpaksa harus diundur dan dibatalkan. Peserta juga mengeluhkan masalah sarapan yang minim dan bisa dibilang kurang cukup untuk mengisi perut di pagi hari. “Panitia sudah mengupayakan yang terbaik namun tetap ada keterbatasan yang kami miliki. Segala kekurangan dari kegiatan ini kami jadikan pembelajaran dan menjadi tolak ukur untuk kegiatan berikutnya,” ungkap perempuan berumur 19 tahun ini.

Pada akhir acara ditentukan pemenang dengan beberapa kategori yaitu Ida Bagus Anom  Suwiryantha sebagai peserta terfavorit, Dewa Ngakan Putu Gede Darmadi sebagai peserta terkomunikatif, kelompok 3 sebagai pemenang lomba pipa air, kelompok 2 sebagai pemenang lomba voli air dan kelompok terfavorit. Kategori pemenang ini dinilai dari pemenang lomba, keaktifan serta tingkah laku, dan pemahaman akan materi yang ditangkap masing-masing peserta.

Perlu Evaluasi ke Depan
Secara keseluruhan, Evayani mengaku sudah cukup puas dengan kelancaran acara LKMM-TD ini. Walaupun masih banyak kekurangan di dalam pelaksanaannya, namun ia bersyukur acara ini berakhir dengan cukup sukses. “Saya juga berterima kasih kepada semua panitia yang sudah bekerja keras dalam melancarkan seluruh rangkaian acara ini. Tanpa kalian acara ini tidak akan berjalan dengan baik. Harapan untuk ke depannya, agar kegiatan seperti ini dapat berjalan lebih baik lagi dan kami dapat belajar dari segala kekurangan sebelumnya,” harapnya.

I Made Mas Semara Geni juga mengungkapkan bahwa ia sebagai peserta merasakan manfaat yang begitu besar karena potensi sosial pribadi peserta ditingkatkan dengan pelatihan-pelatihan yang menarik dan bermanfaat untuk pembinaan dan mengatur diri. “Namun saya menyayangkan ketika kakak BEM menyinggung salah satu teman peserta sampai-sampai mentalnya drop. Saya rasa mereka masih terlalu emosi dan tidak menerima kenyataan bahwa kita masih anggota baru dan belum berpengalaman. Jika memang salah, mungkin bisa diberitahu dengan baik-baik,” ungkapnya.

Dewa Ngakan Putu Gede Darmadi atau biasa disapa Dewa mengungkapkan bahwa dari acara ini, ia mendapatkan ilmu baru tentang kepemimpinan dan belajar kekompakan dalam berorganisasi serta mendapatkan teman baru. “Pesan saya, sarana prasarananya agak kurang tapi secara keseluruhan sudah bagus,” pesannya.

Dari semua keterbatasan tersebut, kita juga jangan sampai melupakan bahwa banyak kenangan dan manfaat yang didapat dari acara LKMM-TD ini. Jangan sampai seperti pepatah yang mengatakan “karena nila setitik, rusak susu sebelanga” yang artinya hanya karena kesalahan kecil yang nampak tiada artinya, seluruh persoalan menjadi kacau dan berantakan. Sama seperti acara LKMM-TD ini, jangan sampai hanya dengan beberapa keterbatasan yang terjadi, maka kita terus saja menyalahkan BEM selaku panitia ataupun melupakan manfaat yang banyak kita dapatkan dalam acara ini.

Confusius pernah berkata bahwa orang yang tak pernah mencicipi pahit, tak akan tahu apa itu manis. Maka, kita berharap saja ke depannya setelah panitia sempat mencicipi "pahit" maka mereka akan berkembang hingga mampu mencicipi "manis" di kegiatan selanjutnya. (yun/rin)

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Free Web Hosting