"Laut ini milik kami, tempat tinggal kami, tempat kami mencari nafkah. Ini
bukan tempat investor, silahkan kalian angkat kaki dari sini. Wahai Bapak
Gubernur jangan rusak laut kami, segera cabut Surat Keputusan (SK) reklamasi teluk Benoa ”
Begitulah sedikit dialog nelayan dalam
teaterikal yang ditampilkan pada aksi penolakan reklamasi yang dilakukan oleh Komite
Kerja Advokasi Lingkungan Hidup (KEKAL) Bali. KEKAL Bali yang terdiri dari
gabungan organisasi, rabu (31/7/2013) pagi menggelar aksi penolakan reklamasi
Teluk Benoa. Aksi gabungan ini diikuti dari perwakilan Walhi Bali, BEM UNHI,
PPMI DK Bali, Frontier Bali, Bali Outbond Community dan beberapa musisi seperti
personil dari band Superman Is Dead (SID), nampak hadir Jerink SID, Eka SID.
Mereka menggelar aksi di depan Kantor Gubernur dengan kawalan dari aparat.
Aksi yang diikuti puluhan massa
mahasiswa ini dimulai dengan aksi jalan kaki dari lapangan niti mandala renon
menuju depan Kantor Gubernur. Dalam aksi itu mereka membawa berbagai atribut
mulai dari spanduk, poster, dan lain-lain. Disana para mahasiswa menggelar
orasi, bergantian massa aksi melakukan orasi sambil meneriakkan yel-yel
penolakan atas kebijakan Gubernur Bali mengeluarkan surat keputusan (SK) nomor
2138/02-C/HK/2012 tentang pemberian izin dan hak pemanfaatan, pengembangan dan
pengelolaan wilayah perairan teluk Benoa.
Aksi yang diliput oleh beberapa
wartawan dari berbagai media ini berjalan lancar dan damai, setelah semua
perwakilan organisasi melakukan orasi dilanjutkan dengan aksi teatrikal yang
menggambarkan rakyat Benoa khususnya
nelayan yang sengsara dan menderita karena laut tempat mereka mencari nafkah
dan rezeki akan direklamasi. Mereka menolak
rencana reklamasi teluk Benoa seluas 838 Ha dikarenakan akan menambah
penderitaan rakyat.
Kadek Suardana, yang merupakan koordinator
aksi dalam pernyataan sikapnya menyatakan beberapa tuntutan antara lain “kami
komponen masyarakat Bali yang tergabung di dalam Komite Kerja Advokasi
Lingkungan Hidup (KEKAL) Bali menyatakan Menolak reklamasi Teluk Benoa,
Menuntut Gubernur untuk mencabut SK reklamasi, menolak pengkavlingan dan
perampasan sumber-suumber kehidupan rakyat di teluk Benoa, mendesak Gubernur
untuk segera minta maaf kepada rakyat Bali karena telah melakukan kebohongan
public atas keluarnya SK, menuntut Gubernur untuk konsisten dan melaksanakan
Surat Edaran moratorium Izin Akomodasi Pariwisata di Bali Selatan yang dibuatnya
sendiri” ungkapnya.
Pada kesempatan yang sama Era
Sukmayanti, Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Hindu Indonesia
(UNHI) Denpasar menyatakan menolak rencana reklamasi dan menginginkan
pencabutan SK yang dikeluarkan oleh Gubernur. “masyarakat harus sadar bahwa kita
berkewajiban menjaga kelestarian pulau Bali sampai kapanpun. Reklamasi untuk membangun akomodasi wisata dan berbagi
fasilitas pendukungnya berpotensi besar merugikan nelayan dan rakyat Bali pada
umumnya. Reklamasi ini juga akan menyebabkan wilayah tangkap nelayan di Teluk
Benoa hilang. Mengijinkan reklamasi Teluk Benoa adalah menyerahkan masa depan
Bali kepada investor. ” ungkapnya.
Sementara itu Jerink, penggebuk
drum band Superman Is Dead (SID) menyatakan bahwa
“Saya menolak reklamasi karena saya sudah muak dengan pemerintah
khususnya gubernur yang terus mengeksploitasi alam Bali khususnya Bali selatan
dengan pembangunan akomodasi pariwisatanya. Mulai dari rencana pembangunan Bali
International Park (BIP), pembangunan Jalan Diatas Perairan (JDP) dan sekarang
rencana reklamasi teluk Benoa. Sampai kapan generasi muda akan terus dibohongi
oleh manusia-manusia ini, semoga manusia-manusia ini cepat sadar atau segera
diganti” ungkapnya.
Jerink menambahkan bahwa aksi ini
adalah bentuk nyata Superman Is Dead (SID) untuk memberi contoh kepada generasi
muda, bahwa kita harus lebih peduli kepada lingkungan. Ia berharap agar
generasi muda semakin banyak yang memperjuangkan kelestarian alamnya. Ini rumah
kita, ini tanah kita, jangan mau menjadi budak di tanah sendiri.
Aksi berjalan dengan lancar dan
damai dikawal dan mendapat penjagaan dari aparat, aksi pagi itu diakhiri dengan
kembali berjalan kaki sambil meneriakan yel-yel penolakan reklamasi kemudian
membubarkan aksi. (Gun)