Pada
hari Minggu tanggal 10 November 2013 Desa Kesiman Petilan-Denpasar Timur melaksanakan upacara keagamaan yang biasa
disebut dengan “Upacara Pengerebongan”.
Upacara ini dilakukan di Pura Dalem Pengerebongan,yang mana upacara ini dihadiri
oleh seluruh warga Desa Kesiman yang ikut mengusung Pura tersebut. Upacara
Pengerebongan diaksanakan oleh penduduk setempat setiap 210 hari yakni pada
hari Minggu wuku Medangsia ( Redite Medangsia) atau tepatnya seminggu setelah
Hari Raya Kuningan.
Upacara
Pengerebongan merupakan ritual yang diwariskan oleh puri Agung Kesiman, dan
apabila dilihat dari segi kata, Pengerebongan sendiri
berasal dari kata “Rebu” yang dalam bahasa kawi berarti pesta yang bertujuan
untuk menghibur atau membesarkan hari seseorang. Kata ini mendapat awalan “pe”
dan akhiran “an” menjadi “Pengerebuan”. Perlahan kata ini berubah menjadi Pengerebong
hingga akhirnya menjadi Pengerebongan. Upacara
ini dimulai pukul 08.00 yang diawali dengan melakukan acara tabuh rah (taburan
darah binatang yang digunakan dalam rangka upacara agama atau yadnya).
Pada
acara ini, para mangku dan semua Bhatara (seperti pratima, barong, rangda dan Ratu Ayu) yang ada di pura-pura Desa
Kesiman dihadirkan (lunga) ke Pura Dalem Pengerebongan sebelum dilakukan ritual
ini. Setelah semuanya berkumpul barulah acara ini dimulai, yaitu semua mangku
dan Bhatara berjalan mengelilingi wantilan yang ada di pura tersebut sebanyak
tiga kali. Pada saat melakukan ritual ini banyak dari orang yang mengusung
barong dan rangda mengalami kerauhan. Suasana magis begitu terasa ketika acara
ini berlangsung. “Kalo pas acara ini pasti kekuatan magisnya terasa banget dan
pasti banyak pengusung yang kerauhan jadi suasana sakralnya bener-bener terasa”
ungkap Dewi salah seorang warga Desa Kesiman Petilan yang hadir pada acara
tersebut.
Setelah
ritual mengelilingi wantilan usai, acara dilanjutkan dengan melakukan persembahyangan
bersama, yang mana acara ini merupakan acara puncak dari serentetan acara yang
telah dilakukan sebelumnya. Adapun makna dari Upacara
Pengerebongan ini adalah untuk
mengingatkan kebersamaan umat
Hindu melalui ritual sakral untuk menjaga keharmonisan yaitu dengan memelihara
hubungan antar manusia dengan sesamanya, manusia dengan alam lingkungannya, dan manusia dengan Tuhan
serta meningkatkan spiritual umatNya.
Selain itu, tujuan dari pelaksanaan upacara ini adalah untuk tetap menjaga
eksistensi kebudayaan Bali di tengah era globalisasi saat ini yang mana
sisi-sisi kebudayaan semakin memudar dan tak jarang digantikan oleh
kebudayaan-kebudayaan modern. (ind/nj/snd)
0 komentar:
Posting Komentar