"Aku ingin jadi dokter.." "Aku ingin jadi guru.." begitulah teriakan anak-anak asuhan Komunitas Anak Alam yang ada di Desa Subaya, Kintamani ketika ditanya mengenai pekerjaan impian mereka di masa depan. Tangan-tangan mungil itu berlomba untuk mengacungkan tangan demi diberi kesempatan untuk mengutarakan cita-cita mereka sendiri. Hal tersebut seakan memperlihatkan bahwa mereka pun memiliki impian yang ingin mereka gapai, sama seperti anak-anak lainnya.
Minggu kemarin (6/7) merupakan hari besar yang sangat bermakna dan mengesankan bagi Komando Resimen Mahasiswa (Menwa) Ugracena Bali satuan D-903/Pasung Grigis Universitas Hindu Indonesia (UNHI). Betapa tidak, dari hari sabtu hingga minggu kemarin mereka telah berbagi pengetahuan dan canda tawa secara langsung dengan anak-anak asuhan Komunitas Anak Alam ini. Dalam gerakan "Coin for School" yang mereka adakan khususnya di lingkungan kampus UNHI, mereka telah berhasil mengumpulkan uang baik itu uang receh maupun uang tunai, baju bekas, majalah bekas, alat tulis-menulis, buku, dan lainnya dari tanggal 26 Juni 2014 hingga 5 Juli 2014 kemarin. Sumbangan dari teman-teman tersebut akhirnya dibawa langsung menuju Desa Subaya, Kintamani pada hari sabtu kemarin (5/7).
Walaupun medan ke Desa Subaya sangat berat karena jalan yang curam dan terjal serta dikelilingi oleh jurang dan kabut di sekitar jalan menuju tempat tersebut, namun tidak sedikitpun mengurangi niat mereka untuk datang mengunjungi Komunitas Anak Alam. Hal ini juga kami (tim Garis) alami saat ikut menyusul teman-teman Menwa ke Desa Subaya. Saking beratnya medan menuju Desa Subaya, sampai-sampai salah satu motor yang kami kendarai remnya blong. "Ketika kami sampai di desa Subaya tepatnya pada sabtu sore menjelang malam hari, kami harus berjuang melawan medan yang cukup sulit ditambah dengan suasana yang mulai gelap. Dua motor dari rekan kami mengalami rem blong sehingga kami harus lebih berhati-hati dalam melanjutkan perjalanan. Memang perjalanan yang cukup ekstrim namun semua itu terbayar dengan pemandangan yang sangat indah di sekeliling jalan menuju desa Subaya. Lelah dan capek yang kami rasakan juga tidak terasa lagi setelah sampai di tempat Komunitas Anak Alam tersebut. Sungguh pengalaman yang luar biasa," ujar Ida Bagus Dedy Suryawijaya selaku Komandan Satuan Tugas (Dansatgas) Menwa UNHI.
Anak-anak asuhan Komunitas Anak Alam tersebut menggali ilmu di sebuah sekolah yang sudah mengalami banyak kerusakan. Bahkan untuk ruangan belajar tidak tersedia kursi dan meja seperti sekolah pada umumnya. Anak-anak tersebut kebanyakan berasal dari desa Subaya itu sendiri. Mereka terpaksa harus putus sekolah karena keterbatasan biaya. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang telah bekerja untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga. Biasanya mereka belajar pada hari senin sampai sabtu dan bekerja pada hari minggu. "Hari sabtu kemarin anak-anak di sini lebih ramai dari hari ini (minggu). Hari ini yang hadir hanya anak-anak yang telah selesai bekerja dan mampir ke sekolah Komunitas Anak Alam ini," jelas mahasiswa semester 2 ini.
Banyak ilmu dan permainan yang diajarkan oleh Menwa UNHI kepada anak-anak ini. Anak-anak ini terlihat senang karena memiliki teman baru yang mau mengajarkan mereka berbagai ilmu dan permainan baru. "Disini bukan sumbangannya yang penting, namun kehadiran kita di sana untuk berbagi canda tawa dan menjumpai mereka. Sumbangan yang kami bawakan tersebut tidak sebanding dengan keceriaan yang kami berikan pada mereka. Sumbangan tersebut akan habis tak bersisa namun pengalaman berbagi ilmu serta keceriaan tersebut tidak akan lekang oleh waktu. Akan terus hidup dalam memori anak-anak tersebut," tambah mahasiswa jurusan ekonomi ini.
Anak-anak tersebut juga tidak kalah hebatnya. Walaupun tumbuh dalam berbagai keterbatasan serta hidup jauh dari perkotaan, namun niat mereka dalam mendapat ilmu tidak kalah dibandingkan dengan anak yang hidup di perkotaan. Mereka rajin belajar dan menyenangi pelajaran-pelajaran yang telah mereka terima dari Komunitas Anak Alam. Sebut saja salah satunya yaitu Cening yang telah lama belajar di Komunitas Anak Alam. "Saya senang sekali bisa belajar di Komunitas Anak Alam ini. Kakak-kakak pengajar sangat baik dan ramah. Mereka mengajarkan banyak ilmu kepada saya. Di sekolah Anak Alam ini saya paling suka belajar bahasa bali dan pelajaran ipa. Kalau sudah besar saya ingin sekali jadi dokter dan nanti saya bisa mengobati teman-teman dan keluarga saya di Desa Subaya ini," ungkap anak yang berumur kurang lebih 10 tahun ini.
Cita-cita yang tidak kalah terpuji datang dari seorang anak yang bernama Wahyuni atau biasa disapa Yuni. "Di sekolah ini saya paling suka pelajaran berhitung dan ipa. Saya sangat senang dengan cara pengajaran kakak-kakak di sini karena gampang untuk dimengerti. Kelak ketika saya sudah beranjak dewasa, saya ingin menjadi guru seperti kakak-kakak Komunitas Anak Alam ini. Saya ingin membuat sekolah yang lebih layak bagi adik-adik di Desa Subaya," ujar anak perempuan ini dengan ceria.
Di akhir acara pada minggu kemarin, Menwa mengajak anak-anak alam ini untuk berlomba dalam berbagai permainan seperti sepak bola, lari kelereng, memasukkan paku dalam botol, dan lainnya. Suasana haru terlihat ketika Menwa dan semua pihak yang ikut ke sana akan pergi meninggalkan sekolah anak alam tersebut. Terasa ikatan yang erat antara mereka semua. Pengalaman yang indah dan tidak akan terlupakan bagi mereka baik itu anak alam tersebut maupun Menwa dan semua pihak yang ikut serta dalam kunjungan tersebut.
Kabut di sore hari seakan mengantarkan kepergian Menwa dan rekan-rekan yang akan kembali pulang. Hawa dingin yang menusuk ke dalam jiwa dan raga mereka seakan ingin agar mereka selalu mengingat Desa Subaya terutama anak-anak asuhan Komunitas Anak Alam tersebut di dalam sanubari mereka. Mungkin jiwa dan raga mereka berpisah dengan anak alam tersebut namun memori dan kenangan ketika bersama mereka akan selalu ada dan terekam dalam otak dan hati mereka. Selamat tinggal anak alam, kejarlah impianmu bersama dinginnya kabut serta jalan terjal di Desa Subaya. Jika kalian berhasil melewatinya demi meraih impian, maka tidak akan ada keberhasilan yang lebih membanggakan dari hal tersebut. (Yun)