Selasa, 24 September 2013

ORKEMAS Pertanyakan Tender Seminar IKAMAHI


Dalam kamus hukum, tender adalah memborong pekerjaan / menyuruh pihak lain mengerjakan atau memborong pekerjaan seluruhnya atau sebagian pekerjaan, sesuai dengan perjanjian yang dibuat oleh kedua belah pihak sebelum pekerjaan pemborongan itu dilakukan.

            Ikatan Alumni UNHI (IKAMAHI) melaksanakan undangan tender pada Senin, 23 September 2013 di gedung B kampus UNHI Denpasar. Undangan tender tersebut terkait dengan pelaksanaan program kerja bidang organisasi IKAMAHI yakni acara seminar nasional dengan tema “Pendidikan Politik”. Pada kesempatan tersebut hadir beberapa perwakilan Organisasi Kemahasiswaan (ORKEMAS) yang ada di UNHI antara lain Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM), Senat Mahasiswa Fakultas Ekonomi (SMFE), Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Kedis, UKM Musik dan UKM Pers Mahasiswa. Acara diawali dengan penjelasan dasar dan tujuan pelaksanaan tender dan seminar oleh IKAMAHI kemudian dilanjutkan dengan diskusi tanya jawab oleh peserta.

Banyak pihak yang mempertanyakan soal tender dan seminar yang akan dilaksanakan IKAMAHI ini. Salah satu hal yang dipertanyakan adalah tema seminar, penggunaan sistem tender, mekanisme tender, teknis seminar, narasumber dan lain-lain.

Salah satunya Ida Bagus Putu Heri Darmawan, perwakilan DPM ini menyatakan tidak setuju dalam hal penenderan, tema dan dari acara tersebut, alasannya karena mekanisme kerja dalam penenderan tersebut, apalagi tema dari acara tersebut adalah pendidikan politik, yang ditakutkan adalah ada kepentingan didalamnya terlebih lagi tahun 2014 mendatang akan ada  pemilu legislatif. Hal itulah yang mendasari ketidak beberapa pihak organisasi kemahasiswaan tidak setuju dengan adanya penenderan dan acara ini.

“Dalam mekanisme tender biasanya semua elemen yang ada diikutsertakan dalam tender tersebut. Sedangkan dalam rapat undangan tender tersebut, undangan hanya diberikan kepada UKM KEDIS dan UKM Pers Mahasiswa di luar seluruh organisasi baik itu BEM, Senat Fakultas di lingkungan UNHI, sehingga ada kecurigaan ketika tender itu tidak bisa di ikuti seluruh organisasi kampus dan pemenang tender sudah dapat dipastikan,” ungkapnya.

“Selain Mekanisme tender, seminar yang di angkat yaitu Pendidikan Politik dimana pembicaranya adalah tokoh politik praktis membuat kecurigaan semakin besar, ketika tokoh tersebut mempunyai kepentingan lain di pemilu legislatif tahun 2014. Dari hasil rapat tersebut saya mengusulkan mengganti Bapak Gede Pasek dengan Prof. Gunada, yang kapabilitasnya sebagai mantan anggota DPR RI, dan pada saat ini beliau sebagai ketua Yayasan Widya Kerti. Dalam Rapat tersebut juga banyak yang mendukung Prof Gunada sebagai pembicara, antara lain UKM Kedis dan UKM Pers, yang setuju mengganti Pembicara I yaitu Bapak Gede Pasek. Ketika IKAMAHI tetap akan mengundang Bapak Gede Pasek sebagai pembicara, disana akan ada kejanggalan adanya kepentingan politik yang masuk dalam seminar tersebut apalagi forum sudah setuju mengganti, tetapi tetap mengunakan pembicara tersebut,” tambahnya lagi.

            Hal senada diungkapkan oleh mantan ketua BEM UNHI Ida Bagus Alit Brahmarta Kusuma. Ia mengungkapkan bahwa seharusnya IKAMAHI sendiri yang melaksanakan acara ini tanpa harus ditenderkan. “Kenapa harus di tenderkan? Atau ini hanya untuk pencintraan IKAMAHI saja? Kalau IKAMAHI bekerjasama dengan organisasi kampus dalam melaksanakan kegiatan ini saya setuju asalkan sistem kerjanya sesuai dengan struktur garis koordinasi. Yang saya takutkan tender ini akan mendidik organisasi mahasiswa yang melakukan  suatu kegiatan hanya untuk mendapatkan profit, dan dalam hal tender ini organisasi mahasiswa (pemenang tender) hanya akan jadi kaki tangan penyelenggara acara,” ungkapnya.


“Jika IKAMAHI ingin berkerjasama dengan ORKEMAS yang ada di UNHI, seharusnya sesuai dengan struktur garis koordinasi, mereka menyerahkan kegiatan ini ke organisasi tertinggi di kampus yaitu BEM, dan BEM tidak boleh serta merta mengambil keputusan, BEM harus melaksanakan rapat bersama semua ORKEMAS yang ada di UNHI. Disanalah nanti ditentukan ORKEMAS mana yang mau melaksanakan acara ini, jika memang lebih dari satu ORKEMAS yang mengajukan diri, barulah disana diadakan kompetisi secara sehat antara ORKEMAS yang mencalonkan diri. Temanya bukan tidak baik tapi dalam hal pembicaranya, kalau memang acara ini murni hanya untuk memberikan pengertian politik secara garis besar, pembicaranya harusnya bukan dari suatu lembaga politik karena siapa yang berani menjamin kalau narasumber tersebut tidak akan membawa politik praktis ke dalam kampus, apalagi tahun 2014 mendatang akan dilaksanakan pemilu,” ia menambahkan.

Pada kesempatan tersebut I Ketut Sae Tanju,SE selaku ketua IKAMAHI menyatakan bahwa tujuan IKAMAHI melaksanakan acara seminar ini adalah memberikan pemahaman pendidikan politik kepada mahasiswa. “Kami ingin memberikan pemahaman tentang pendidikan politik kepada mahasiswa. Acara ini dengan murni hanya akan memberikan pendidikan secara garis besar tentang politik, dimana dalam hal ini kami merasa pendidikan politik itu juga diperlukan oleh mahasiswa. Walaupun seminar ini bertemakan pendidikan politik, kami tidak akan memasukkan hal-hal yang berbau politik praktis ke acara seminar ini,” ungkapnya.

Sementara itu alasan penggunaan cara tender bertujuan agar IKAMAHI dapat menjalin hubungan kerjasama dengan mahasiswa UNHI, maka dari itu pada acara seminar ini melibatkan organisasi kemahasiswaan yang ada di lingkungan UNHI Denpasar. “Pemenang tender akan menjadi partner kerja kami dalam  melaksanakan acara ini dan tidak semata mata menjadi kaki tangan. Kami juga tidak akan mencari keuntungan dalam acara ini, acara ini kami laksanakan atas dasar keinginan kami untuk berpartisipasi dalam hal pendidikan lingkungan kampus, terlebih lagi UNHI yang sudah menjadi tempat kami menimba ilmu dulu di saat kami masih di bangku kuliah,” Tanju menambahkan.


Di akhir acara, pihak IKAMAHI berjanji akan mengkoordinasikan dan mempertimbangkan saran, kritik serta masukan dari perwakilan organisasi. Rencananya dalam waktu dekat IKAMAHI akan melakukan pertemuan kembali dengan organisasi mahasiswa untuk melakukan pembahasan dan solusi dari permasalahan ini. (iap)  

Selasa, 03 September 2013

Ironi BEM : Badan Eksekutif Mahasiswa atau Badan Event Manajemen





“Apalah artinya BEM jika tidak berguna dan memberikan manfaat bagi mahasiswa.
BEM jangan hanya menjadi organisasi formalitas sebagai sebuah kelengkapan
struktur organisasi di sebuah universitas”

Organisasi pada dasarnya digunakan sebagai tempat atau wadah dimana orang-orang berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin dan terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya, sarana-parasarana, data, dan lain sebagainya yang digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi.

Begitu juga halnya  organisasi mahasiswa, pada dasarnya organisasi mahasiswa adalah sebuah wadah berkumpulnya mahasiswa demi mencapai tujuan bersama, namun harus tetap sesuai dengan koridor anggaran dasar anggaran rumah tangga (AD/ART) yang disetujui oleh semua anggota dan pengurus organisasi tersebut. Organisasi Mahasiswa tidak boleh keluar dari rambu-rambu utama tugas dan fungsi perguruan tinggi yaitu tri dharma perguruan tinggi, tanpa kehilangan daya kritis dan tetap berjuang atas nama mahasiswa, bukan pribadi atau golongan. organisasi mahasiswa mempunyai peran dan fungsi yang cukup vital yakni sebagai wadah aspirasi mahasiswa, melaksanakan kegiatan mahasiswa, pengembangan minat dan bakat mahasiswa serta bertugas untuk mengawasi dan mengkritisi kebijakan kampus yang menyangkut mahasiswa.

Organisasi ini dapat berupa organisasi kemahasiswaan intra kampus, organisasi antar kampus, organisasi ekstra kampus maupun semacam ikatan mahasiswa kedaerahan yang pada umumnya beranggotakan lintas atau antar kampus. Di UNHI sendiri terdapat beberpa organisasi kemahasiswaan intra kampus antara lain Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM), Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Senat Mahasiswa Fakultas, Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ).  Salah satu organisasi mahasiswa intra kampus yang menjadi sorotan adalah Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM).

Sebagai organisasi mahasiswa tertinggi yang ada di kampus UNHI, BEM sudah seharusnya menjadi wadah aspirasi sekaligus corong untuk menyuarakan saran dan kritik mahasiswa kepada pihak-pihak terkait, baik itu dekanat atau rektorat. Dalam hal ini BEM sudah seharusnya menyampaikan aspirasi mahasiswa yang menyangkut segala hal tentang mahasiswa dan kampus. Begitu juga dalam hal saran dan kritik, BEM seharusnya menyuarakan dan memperjuangkan hak-hak mahasiswa seperti misalnya transparansi dana kemahasiswaan, transparansi penerimaan beasiswa, dan lain-lain. Selain itu juga BEM harus memperhatikan sarana prasarana pendidikan yang ada di kampus seperti fasilitas ruang kelas, toilet dan lain-lain yang merupakan penunjang untuk memberikan rasa nyaman kepada mahasiswa.

Realita yang terjadi

Sekarang ini BEM sebagai sebuah organisasi bisa dibilang kurang optimal dalam menjalankan peran dan fungsinya. Hal ini bisa dilihat dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan hanya bersifat seremonial seperti seminar atau workshop dan penanaman pohon. Kegiatan-kegiatan seperti seminar atau workshop jika tidak dibarengi implementasi dari materi yang disampaikan itu berarti sama dengan nol besar. Begitu juga halnya dengan penanaman pohon, jika hanya melakukan penanaman tanpa dilakukan pengawasan atau pengelolaan tentu kita tidak tahu bagaimana nasib pohon-pohon yang kita tanam. 

Melihat kondisi tersebut, wajar saja jika kepanjangan BEM yakni Badan Eksekutif Mahasiswa diplesetkan menjadi “Badan Event Manajemen” oleh beberapa mahasiswa. Mereka cukup beralasan, karena pola kerja BEM tidak ubahnya seperti event organizer (EO) yakni usaha dalam bidang jasa yang secara sah ditunjuk oleh clientnya, guna mengorganisasikan seluruh rangkaian acara, mulai dari perencanaan, persiapan, eksekusi hingga evaluasi, dalam rangka membantu mewujudkan tujuan yang diharapkan client dengan membuat acara. Hanya saja BEM disini tidak ditunjuk atau mempunyai client melainkan atas dasar dan kesepakatan anggota bersama.

Hal lain yang semakin membuat BEM semakin terpuruk adalah prilaku beberapa oknum anggotanya. Beberapa oknum anggota bergabung dengan organisasi BEM bukan ingin mencari pengalaman atau mengembangkan diri melainkan hanya ingin mencari popularitas atau ketenaran belaka, terlebih lagi saat penerimaan mahasiswa baru seperti OSPEK. Hal ini akan semakin menurunkan minat mahasiswa untuk bergabung dengan BEM. Mahasiswa yang tergabung di BEM itu adalah mahasiswa terpilih yang sudah barang tentu melalui proses seleksi hingga akhirnya resmi menjadi anggota. Banyak factor yang melatarbelakangi keinginan mahasiswa ingin menjadi BEM, apapun alasannya itu sah-sah saja dan merupakan hak dari mahasiswa itu sendiri. Tapi akan lebih baik jika bergabung dengan organisasi dengan tujuan yang jelas bukan hanya ajang kumpul-kumpul dan bersenang-senang. Lebih dari itu kita harus memahami visi misi organisasi dan melakukan kegiatan sesuai dengan program kerja yang telah ditetapkan dan tentunya tidak bertentangan dengan AD/ART organisasi 

Mengembalikan peran dan fungsi BEM

Kedepan BEM sudah seharusnya melakukan pembenahan-pembenahan, baik itu dari sumber daya manusia (SDM) dan juga aktivitas organisasinya. Dari segi SDM, BEM harus melakukan kaderisasi yang sungguh-sungguh dalam artian melakukan proses seleksi dan penilaian yang objektif terhadap calon-calon anggota BEM, bukan berdasarkan kedekatan emosional belaka. Calon-calon anggota BEM harus dibekali pengetahuan tentang keorganisasian secara mendalam sehingga mereka benar-benar paham dan mengerti tentang apa itu organisasi, peran dan fungsi organisasi dan lain sebagainya. Harapannya adalah ketika mereka selesai mengabdikan diri di BEM ada suatu nilai dan manfaat yang mereka dapatkan. Ketika sudah memutuskan untuk berorganisasi, itu merupakan pilihan yang tepat. Tinggal sekarang bagaimana kita mengembangkan diri dan membangun organisasi ini ke arah yang lebih baik kedepannya.

Sementara itu dari segi aktivitas organisasi atau kegiatan-kegiatan, BEM bisa lebih fokus kepada implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi. Aspek yang pertama yakni pendidikan, BEM bisa melakukan kegiatan pengembangan potensi diri mahasiswa atau pelatihan-pelatihan seperti pelatihan kewirausahaan atau pelatihan menulis yang dibarengi dengan praktek dan pengawasan, tentunya akan bisa dirasakan langsung manfaatnya oleh mahasiswa. Kedua yakni penelitian, jumlah penelitian mahasiswa UNHI yang mengikuti program kreativitas mahasiswa (PKM) sekarang masih sangat minim bahkan bisa dihitung dengan jari. Menyikapi hal ini BEM bisa mengundang atau bekerjasama dengan DIKTI melakukan sosialisasi kepada mahasiswa agar semakin banyak yang tahu dan bisa mengikuti PKM kedepannya. Harapannya adalah semakin banyak mahasiswa UNHi yang mengikuti PKM dan secara tidak langsung bisa lebih dini belajar menulis karya ilmiah yang bisa digunakan referensi dalam mengerjakan tugas akhir skripsi nantinya.

Ketiga pengabdian masyarakat, BEM sudah banyak melakukan kegiatan pengabdian masyarakat seperti penanaman pohon, bakti sosial, dan lain-lain. Tapi itu saja belum cukup, harus ada kegiatan pengabdian masyarakat yang lebih lagi dibandingkan dengan kegiatan-kegiatan sebelumnya yang hanya bersifat seremonial saja. BEM mungkin bisa membuat desa binaan atau dalam ruang lingkup yang lebih kecil sekolah binaan (nonformal) di desa atau wilayah terpencil yang jauh dari ibukota. Disana BEM bisa bekerjasama dengan mahasiswa yang mau menjadi relawan untuk mengajarkan anak-anak, sehingga kegiatan kita benar-benar bisa dirasakan manfaatnya di tengah-tengah masyarakat.

Beberapa kegiatan di atas hanya sebagian kecil dan masih banyak hal yang sebenarnya bisa dilakukan BEM, yang terpenting adalah niat dan komitmen untuk berorganisasi . Apalah artinya BEM jika tidak berguna dan memberikan manfaat bagi mahasiswa. BEM jangan hanya menjadi organisasi formalitas sebagai sebuah kelengkapan struktur organisasi di sebuah universitas. Sekarang saatnya BEM menunjukkan jati diri bahwa BEM adalah Badan Eksekutif Mahasiswa bukan Badan Event Manajemen. (Gun)

Minggu, 01 September 2013

SMFE UNHI Seminar Kewirausahaan : Public Speaking As a Prospective Business Orientation

Senat Mahasiswa Fakultas Ekonomi (SMFE) UNHI Denpasar mengadakan seminar kewirausahaan pada sabtu,15 Desember 2012 kemarin. Seminar yang mengambil tema Public Speaking As a Prospective Business Orientation, bertempat di aula rektorat lantai III UNHI. Seminar kewirausahaan ini mengundang tiga narasumber, semuanya berasal dari  akademisi dan praktisi ekonomi. Yang pertama adalah Dr.A.A.Ngurah Gede Sadiartha, S.E, MM (Dosen Fakultas Ekonomi & Wakil Rektor II UNHI), kedua pakar public speaking Putu Suprapti Santy Sastra,S.H, serta pengusaha oleh-oleh khas bali Gusti Ngurah Anom. Seminar ini dilaksanakan karena kemampuan Public Speaking bagi seorang wirausaha dalam menjalankan usaha sangatlah penting, hal ini bertujuan agar mampu menyampaiakan gagasan atau ide kehadapan umum dengan baik. 

“Kita harus mampu berbicara dengan baik dan jelas di depan umum, bukan hanya sekedar berbicara tetapi mampu juga menyampaikan ide, pesan, gagasan untuk bisa diterima oleh orang lain”. pemahaman yang diberikan oleh pak Gede Sadiartha mengenai public speaking.
Untuk menyampaiakan sesuatu ke hadapan publik, diperlukan percaya diri. Ketika sudah percaya diri semua hal yang ingin disampaikan akan tersampaikan dengan baik, gagasan dan pesan akan mampu diterima dan dipahami, serta ide yang sudah kita miliki akan mudah di sampaikan. Percaya diri dapat di tingkatkan secara bertahap dengan latihan berbicara di depan umum, mulai dari hal kecil seperti berbicara di depan kelas, sampai berbicara di dalam forum yang besar seperti seminar.
“Ada beberapa hal yang diperlukan ketika berbicara di depan public, yaitu keinginan untuk berbicara didepan publik, ketekunan dalam melatih diri, karena kemampuan berbicara didepan publik tidak digunakan hanya sekali saja, kemudian hal yang penting adalah persiapan diri” ujar Ibu Santy Sastra yang merupakan pendiri yayasan Santy Sastra Production. Selain itu kita juga harus memperhatikan persiapan diri, dalam hal visual seperti cara berpakaian, cara berdiri, bahasa tubuh, bahasa mata serta ekspresi. Mengenai suara, cara berbicara, baik itu artikulasi, intonasi, kecepatan serta kekuatan saat berbicara.
Hal selanjutnya yang perlu dipersiapkan dalam hal public speaker adalah persiapan verbal, yang dimaksud adalah persiapan kata-kata yang akan diucapkan, termasuk kata-kata yang harus dihindari. Bagaimana menjadi public speaker yang disukai, bu Santy juga membagi wawasannya mengenai hal tersebut, diantaranya public speaker perlu mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang luas, bersikap rendah hati dan bersahabat serta memiliki kemampuan bekerja sama.

Setelah peserta diberikan pemahaman tentang public speaking, pada seminar tersebut juga menghadirkan Bapak Gusti Ngurah Anom  untuk berbagi pengalaman kepada peserta seminar mengenai bisnis wirausahanya yang sudah berkembang di Bali. “untuk menjadi pengusaha hebat diperlukan yang namanya kerja keras dan kejujuran” ungkap Pak Cok sapaan akrab beliau. Krisna Oleh-oleh Khas Bali adalah bukti nyata buah hasil kerja keras beliau, bahkan sekarang sudah memiliki beberapa cabang.
Latar belakang tidak mampu sehingga beliau tidak tamat SMA memberi semangat pak Cok untuk bekerja keras. Mengawali dengan menjadi tukang cuci mobil kemudian bekerja di bidang konveksi dan mendapat sedikit keterampilan. Perekonomian beliau kemudian menanjak, dengan membuka usaha Cok Konveksi bekerja sama dengan pemilik UD.Sidartha. Setelah mendapat ijin untuk menjalankan usaha secara mandiri, pak Cok kemudian mengawali kerajaan bisnisnya dengan membuka Krisna Oleh-oleh Khas Bali. Hingga saat ini sudah bisnis Pak Cok berkembang dan mulai merambah ke bisnis kuliner dan otomotif. Hal ini tentunya harus menjadi panutan bagi generasi muda yang ingin berwirausaha.

Dengan seminar kewirausahaan ini diharapkan mahasiswa UNHI memahami arti dan bagaimana menerapkan teknik Public Speaking dalam menjalankan wirausaha, selain itu dengan seminar ini semoga menjadi pencerahan dan menambah wawasan mahasiswa mengenai kewirausahaan itu sendiri.  Semoga beberapa materi yang disampaikan bisa menjadi bekal bagi generasi muda untuk membangun usaha, baik setelah tamat nanti atau bahkan sudah ingin memulai dari sekarang. Selanjutnya adalah kerja keras dan kejujuran untuk menjalankan dan memajukan usaha. Selamat berwirausaha kawan.

UNHI Denpasar Launching Logo 50 Tahun Emas


Universitas Hindu Indonesia (UNHI) Denpasar secara resmi melaunching logo 50 tahun usia UNHI sebagai Tahun Emas, sabtu (20/4/13) di Ruang Rapat Lantai II Gedung Rektorat UNHI. Acara launching ini ditandai dengan potong tumpeng serta pemutaran video proses pembuatan logo 50 tahun UNHI. Launhing logo ini sekaligus menandai dimulainya berbagai rangkaian kegiatan memperingati hari jadi ITS ke-50 selama beberapa bulan ke depan hingga puncaknya pada bulan oktober nanti.

Acara launching logo ini dihadiri oleh Prof. Dr. IB Gde Yudha Triguna, M.Si selaku Dirjen Bimas Hindu Kementerian Agama RI, Prof. Dr. IB Gunadha, M.Si selaku Ketua Yayasan Pendidikan Widya Kerthi, Drs. IB Dharmika, M.Si selaku Rektor UNHI, Wakil Rektor (WR) I, Wakil Rektor (WR) II, Wakil Rektor (WR) III serta Dekan dan Wakil Dekan dari masing-masing fakultas yang ada di UNHI.

Pada kesempatan tersebut Drs. IB Dharmika, M.Si selaku Rektor UNHI menyampaikan bahwa ini merupakan awal dari perayaan Jubileum Emas 50 tahun UNHI. Berbagai kegiatan rencananya akan dilaksanakan UNHI hingga bulan oktober nanti sebagai puncak perayaannya. Selain mempersiapkan berbagai kegiatan, rencannya UNHI juga akan membuat beberapa buku antara lain Menapak Sejarah dan Dinamika Pemikiran.

“Buku menapak sejarah ini akan berisikan tentang sejarah perjalanan UNHI dari awal terbentuknya hingga sekarang. Dalam buku ini juga akan diisi profil Rektor yang menjabat di UNHI dari awal hingga sekarang. Untuk pengerjaannya sendiri UNHI sudah membentuk tim yang akan bertugas mengumpulkan data hingga menyelesaikan proses penulisannya.

Sedangkan buku Dinamika Pemikiran ini akan diisi ole hide-ide atau gagasan-gagasan tentang bagaimana membangun dan mengembangkan UNHI 50 tahun ke depan. Sama halnya dengan buku Menapak Sejarah, buku ini juga akan dikerjakan oleh tim yang dibentuk, hanya saja tulisannya berasal dari dosen-dosen masing-masing fakultas yang ada di UNHI” ungkap beliau menuturkan.   

Sementara itu Prof. Dr. IB Gunadha selaku Ketua Yayasan Pendidikan Widya Kerthi menjelaskan bahwa perayaan Jubileum Emas 50 tahun UNHI ini merupakan momentum yang luar biasa, karena itu hendaknya kita jangan terlena atau cepat puas dengan apa yang sudah ada sekarang. Dengan usia ini kita seharusnya bisa melakukan evaluasi (instrospeksi) terhadap apa yang sudah kita lakukan selama ini.

Beliau menambahkan “menanggapi rencana pembuatan buku saya sangat setuju, karena selama perjalanannya hingga kini akan mencapai usia 50 tahun, UNHI mengalami berbagai dinamika. Hal tersebut sudah sepantasnya membuat kita untuk flashback melihat apa saja yang sudah dilakukan pendahulu-pendahulu kita dalam membangaun dan mengembangkan UNHI hingga sampai sekarang ini”.

Senada dengan Rektor UNHI dan Ketua Yayasan Pendidikan Widya Kerthi, Prof. Dr. IB Gde Yudha Triguna, M.Si selaku Dirjen Bimas Hindu Kementerian Agama RI menyampaikan bahwa perayaan Jubileum Emas 50 tahun UNHI ini harus dijadikan momen untuk menguatkan komitmen membangun UNHI. Melalui pembuatan buku ini diharapkan seluruh civitas akademika bisa benar-benar mengetahui dan memahami bagaimana lembaga ini mulai didirikan hingga sampai sekarang ini, dan yang tidak kalah pentingnya adalah mengadopsi semangat para pendahulu kita yang telah membangun dan mengembangkan UNHI.

Beliau yang juga mantan Rektor UNHI ini berpesan untuk seluruh panitia perayaan Jubileum Emas 50 tahun UNHI agar mempersiapkan kegiatan ini lebih dini agar hasil yang dicapai bisa sesuai dengan harapan. Kepada seluruh civitas akademika baik itu jajaran rektorat, dekanat, dosen, pegawai maupun mahasiswa pada momen ini diharapkan bisa memberi kontribusi optimal sesuai dengan swadharma dan tugas masing-masing demi memajukan UNHI kedepannya.

Di akhir acara sebelum pemotongan tumpeng dilakukan ada acara kejutan untuk Prof. Dr. IB Gde Yudha Triguna, M.Si yang berulang tahun. Acara launching logo ini diakhiri dengan acara potong tumpeng, makan bersama serta pemutaran video pembuatan logo Jubileum Emas 50 tahun UNHI. (Gun)


Selasa, 13 Agustus 2013

Sekilas OSPEK | Mahasiswa Baru Keluhkan Panitia OSPEK Galak dan Fasilitas Toilet.

Orientasi Studi Pengenalan Kampus (OSPEK) di UNHI sudah dimulai pagi (12/8/13) tadi. Ratusan mahasiswa baru hadir mengikuti kegiatan OSPEK lengkap dengan perlengkapan dan tugas yang telah diberikan. OSPEK di UNHI rencananya akan dilaksanakan selama 6 hari dan diakhiri dengan acara penanaman pohon  dan sembahyang di Pura Geger, Tanjung Benoa. 

  
Salah satu mahasiswa baru yang tidak ingin disebutkan namanya menjelaskan bahwa ia mengikuti OSPEK di UNHI mulai jam 5 pagi. “pertama kali mengikuti OSPEK UNHI perasaannya cukup grogi dan tegang, merasa berat dan tertekan dengan tugas-tugas,  barang bawaan dan lain-lain. Selain itu sikap panitia juga agak keras bahkan beberapa panitia cenderung arogan dalam menghadapi mahasiswa baru” ungkapnya ditemui di sela-sela waktu istirahat.



Mahasiswa baru yang berasal dari SMA Negeri di Gianyar ini juga menambahkan bahwa bagaimanapun kita sebagai mahasiswa baru harus bisa beradaptasi dengan teman-teman baru, panitia OSPEK dari BEM dan juga lingkungan kampus. Semoga kedepannya kita bisa mengikuti kegiatan OSPEK hingga akhir dengan baik.


Sementara itu salah satu mahasiswi yang juga tidak ingin disebutkan namanya menyebutkan bahwa “OSPEk di UNHI sangat susah dan cukup berat, terbukti saya datang terlambat dan diberi hukuman ini itu oleh panitia. Tapi lama kelamaan cukup mengasyikan kenal sama teman baru, hiburan dari teman-teman dan panitia”

Mahasiswi ini sedikit mengeluhkan kondisi fasilitas yang ada di UNHI khususnya keberadaan toilet , ia mengatakan bahwa sedikit bingung  mencari toilet. “Kita bingung mau ke toilet, sudah ketemu toilet tapi rame, ada toilet yang rusak tidak bisa dikunci atau airnya mati” ungkapnya.


Dari segi penyelenggaraan OSPEK yang telah dipercayakan kepada Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) sebagai panitia pelaksana. BEM juga seluruh panitia pelaksana hendaknya bisa memberikan contoh tauladan kepada mahasiswa baru bukannya malah membentak-bentak tanpa alasan atau berprilaku “over acting” pamer pencitraan.


Bukan hanya BEM saja, pihak rektorat seharusnya juga  lebih memperhatikan sarana prasarana atau fasilitas yang ada di kampus khususnya keberadaan toilet. Keberadaan toilet di kampus  memang cukup banyak, namun mahasiswa baru tidak mengetahui keberadaannya terlebih lagi pada saat pagi-pagi buta dimana hari masih gelap. Untuk itu diharapkan pihak rektorat dan BEM selaku panitia pelaksana memberikan papan penunjuk toilet atau mengarahkan agar memudahkan mahasiswa baru.


Beberapa pendapat mahasiswa baru diatas harusnya bisa dijadikan bahan evaluasi oleh semua pihak, tentunya hal ini bertujuan untuk membangun UNHI kea rah yang lebih baik kedepannya.

Rabu, 31 Juli 2013

KEKAL Bali Gelar Aksi Penolakan Reklamasi Teluk Benoa.




"Laut ini milik kami, tempat tinggal kami, tempat kami mencari nafkah. Ini bukan tempat investor, silahkan kalian angkat kaki dari sini. Wahai Bapak Gubernur jangan rusak laut kami, segera cabut Surat Keputusan (SK) reklamasi teluk Benoa ”

Begitulah sedikit dialog nelayan dalam teaterikal yang ditampilkan pada aksi penolakan reklamasi yang dilakukan oleh Komite Kerja Advokasi Lingkungan Hidup (KEKAL) Bali. KEKAL Bali yang terdiri dari gabungan organisasi, rabu (31/7/2013) pagi menggelar aksi penolakan reklamasi Teluk Benoa. Aksi gabungan ini diikuti dari perwakilan Walhi Bali, BEM UNHI, PPMI DK Bali, Frontier Bali, Bali Outbond Community dan beberapa musisi seperti personil dari band Superman Is Dead (SID), nampak hadir Jerink SID, Eka SID. Mereka menggelar aksi di depan Kantor Gubernur dengan kawalan dari aparat.

Aksi yang diikuti puluhan massa mahasiswa ini dimulai dengan aksi jalan kaki dari lapangan niti mandala renon menuju depan Kantor Gubernur. Dalam aksi itu mereka membawa berbagai atribut mulai dari spanduk, poster, dan lain-lain. Disana para mahasiswa menggelar orasi, bergantian massa aksi melakukan orasi sambil meneriakkan yel-yel penolakan atas kebijakan Gubernur Bali mengeluarkan surat keputusan (SK) nomor 2138/02-C/HK/2012 tentang pemberian izin dan hak pemanfaatan, pengembangan dan pengelolaan wilayah perairan teluk Benoa.

Aksi yang diliput oleh beberapa wartawan dari berbagai media ini berjalan lancar dan damai, setelah semua perwakilan organisasi melakukan orasi dilanjutkan dengan aksi teatrikal yang menggambarkan rakyat Benoa  khususnya nelayan yang sengsara dan menderita karena laut tempat mereka mencari nafkah dan rezeki akan direklamasi. Mereka menolak  rencana reklamasi teluk Benoa seluas 838 Ha dikarenakan akan menambah penderitaan rakyat.

Kadek Suardana, yang merupakan koordinator aksi dalam pernyataan sikapnya menyatakan beberapa tuntutan antara lain “kami komponen masyarakat Bali yang tergabung di dalam Komite Kerja Advokasi Lingkungan Hidup (KEKAL) Bali menyatakan Menolak reklamasi Teluk Benoa, Menuntut Gubernur untuk mencabut SK reklamasi, menolak pengkavlingan dan perampasan sumber-suumber kehidupan rakyat di teluk Benoa, mendesak Gubernur untuk segera minta maaf kepada rakyat Bali karena telah melakukan kebohongan public atas keluarnya SK, menuntut Gubernur untuk konsisten dan melaksanakan Surat Edaran moratorium Izin Akomodasi Pariwisata di Bali Selatan yang dibuatnya sendiri” ungkapnya.

Pada kesempatan yang sama Era Sukmayanti, Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Hindu Indonesia (UNHI) Denpasar menyatakan menolak rencana reklamasi dan menginginkan pencabutan SK yang dikeluarkan oleh Gubernur. “masyarakat harus sadar bahwa kita berkewajiban menjaga kelestarian pulau Bali sampai kapanpun. Reklamasi  untuk membangun akomodasi wisata dan berbagi fasilitas pendukungnya berpotensi besar merugikan nelayan dan rakyat Bali pada umumnya. Reklamasi ini juga akan menyebabkan wilayah tangkap nelayan di Teluk Benoa hilang. Mengijinkan reklamasi Teluk Benoa adalah menyerahkan masa depan Bali kepada investor. ” ungkapnya.

Sementara itu Jerink, penggebuk drum band Superman Is Dead (SID) menyatakan bahwa  “Saya menolak reklamasi karena saya sudah muak dengan pemerintah khususnya gubernur yang terus mengeksploitasi alam Bali khususnya Bali selatan dengan pembangunan akomodasi pariwisatanya. Mulai dari rencana pembangunan Bali International Park (BIP), pembangunan Jalan Diatas Perairan (JDP) dan sekarang rencana reklamasi teluk Benoa. Sampai kapan generasi muda akan terus dibohongi oleh manusia-manusia ini, semoga manusia-manusia ini cepat sadar atau segera diganti” ungkapnya.

Jerink menambahkan bahwa aksi ini adalah bentuk nyata Superman Is Dead (SID) untuk memberi contoh kepada generasi muda, bahwa kita harus lebih peduli kepada lingkungan. Ia berharap agar generasi muda semakin banyak yang memperjuangkan kelestarian alamnya. Ini rumah kita, ini tanah kita, jangan mau menjadi budak di tanah sendiri.

Aksi berjalan dengan lancar dan damai dikawal dan mendapat penjagaan dari aparat, aksi pagi itu diakhiri dengan kembali berjalan kaki sambil meneriakan yel-yel penolakan reklamasi kemudian membubarkan aksi. (Gun)

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Free Web Hosting