Jumat, 15 November 2013

Kesenian Okokan Daerah “Gudang Beras” Tabanan-Bali



Pulau Bali terkenal akan berbagai macam ritual dan budayanya. Hal ini merupakan daya tarik bagi para wisatawan domestik maupun mancanegara. Salah satu atraksi budaya yang sudah dikenal di mancanegara adalah okokan. Okokan adalah salah suatu alat musik bunyi-bunyian yang pada umumnya terbuat dari bahan kayu yang dilobangi hampir menyerupai kentongan, tetapi didalamnya diisi pemukul yang disebut palit. Kesenian okokan ini terdiri dari beberapa alat musik tradisi yang diambil dari alat-alat yang dipakai para petani seperti : Okokan yaitu kalung keroncongan sapi, Teng-Teng yaitu bekas cangkul petani, dan Kulkul yaitu alat yang dipakai untuk menghalau burung atau tetengeran di ladang oleh petani. Okokan ini akan mengeluarkan irama tertentu jika diayun-ayunkan.

Banjar Belong, Desa Baturiti Kerambitan,Tabanan, 2km kearah utara dari Pasar Kerambitan.  Desa yang masih asri dengan berbagai tanamannya, jauh dari kesan polusi, disinilah lahir okokan pertama yang lahir dikecamatan Kerambitan. Berawal dari tradisi agraris secara turun temurun dari para tetua atau para leluhur, maka alat musik ini sudah merupakan bagian dari kehidupan petani tradisional di Banjar Belong. Untuk mengisi waktu saat menunggu musim panen, para tetua terdahulu membuat alat musik okokan dalam ukuran yang cukup besar.

Okokan ini tidak dipasang pada binatang piaraan, tetapi dikalungkan langsung pada leher orang dan di ayun-ayunkan, kegiatan ini biasanya diperagakan untuk upacara tertentu dan menghibur diri sambil menunggu musim panen tiba. Okokan ini dimainkan untuk mengusir wabah, sesuai kepercayaan bahwa wabah yang menyerang itu disebabkan oleh mahluk halus, maka harus diusir dengan membunyikan alat-alat yang menghasilkan bunyi, maka digunakanlah okokan dengan dimainkan oleh beberapa orang untuk mengusir wabah.
 
Ritual ini disebut Ngerebeg, Untuk menambah sakral ngerebeg, maka okokan ini diiringi dua buah kendang, yang disebut kendang gede. Kendang gede ini dibuat kira-kira tahun 1917 selanjutnya kendang gede inilah yang dipercaya warga Banjar Belong diyakini memiliki kekuatan magis. Secara religious alat ini juga dipakai untuk mengusir roh-roh jahat, terbukti setiap sehari sebelum Hari Raya Nyepi alat ini dipakai untuk ngerebeg keliling desa. Sehingga sampai sekarang alat ini selalu dipakai untuk sarana pengerebegan baik saat-saat ada upacara mecaru agung seperti mebalik sumpah maupun acara agama lainnya.

Lambat laun okokan bukan hanya digunakan untuk hal yang berkaitan dengan acara ritual, tetapi juga pada kegiatan-kegiatan seperti acara keramaian, lomba desa, 17 agustusan, penyambutan pejabat, pementasan di hotel-hotel untuk menghibur para tamu yang ingin menikmati kesenian tradisi serta event-event di tingkat provinsi maupun kabupaten seperti Pentas Kesenian Bali, Parade Senja dan sebagainya. Okokan ini pertama kali ditampilkan secara komersial pada bulan Juni 1991, di Hotel Putri Bali di Nusa Dua, pementasan pertama kalinya ini mendapat sambutan yang sangat meriah dari wisatawan mancanegara.

Jumlah instrument dari barungan okokan yaitu ada 30 buah,1 kendang dan 1 kajar. Personil dari barungan okokan tergantung dari barungan instrument itu sendiri. Repertoar lagu yang sering dimainkan seperti gamelan baleganjur. Gambelan okokan juga dilengkapi alat-alat musik Bali lainnya untuk menambah indah dan uniknya suara okokan, antara lain gong, kendang, tawa-tawa, dan lain-lainya. Dalam pementasan kesenian okokan mengambil cerita Cupak, dimana diceritakan di suatu wilayah terkena bencana gering karena ulahnya Garuda. Okokan dipakai warga untuk ngerebeg, dan berkat bantuan Cupak, Garuda bisa dikalahkan sehingga wilayah itu menjadi aman dan tentram.


 (Ratna, Sri, Widya)








0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Free Web Hosting