Sabtu, 20 April 2013

BEM UNHI & BAWA Gelar Kuliah Umum "Kesejahteraan Hewan Menurut Perspektif Agama Hindu".

Bali Animal Walfare association (BAWA) bekerjasama dengan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UNHI mengadakan kuliah umum bagi mahasiswa dengan tema “Kesejahteraan Hewan Menurut Perspektif Agama Hindu” pada hari jumat, 19 April 2013 kemarin yang bertempat di Aula Rektorat lantai 3 UNHI. Hal ini bertujuan untuk mengajak mahasiswa Bali agar lebih peduli terhadap hewan. Pada kesempatan kali ini BAWA mengundang Ida Pedande Gede Made Gunung dan Dr.Nanditha Krishna (pakar Hindu di India) sebagai pembicara. Hal ini merupakan salah satu bentuk kepedulian BAWA terhadap kesejahteraan hewan khususnya di Bali di antaranya selain memberikan perawatan medis, memberi tempat tinggal atau menampung hewan tak bermajikan hingga ada yang mauengadopsi hewan tersebut, dan memberikan makanan dijalan pada anjing-anjing terlantar.

Hewan peliharaan merupakan hewan yang dipelihara oleh manusia dan tidak sering hewan peliharaan ini sekaligus menjadi sahabat manusia itu sendiri. Berbeda dengan hewan ternak yang fungsinya sebagai kepentingan ekonomi. Hewan peliharaan biasanya memiliki karakter yang setia pada majikannya atau memiliki penampilan yang lucu dan unik. Secara teori seseorang dapat memelihara hewan apapun sebagai hewan peliharaannya, namun nyatanya banyak kita jumpai hanya beberapa spesies yang diminati dan dipelihara oleh manusia, seperti anjing, kucing, burung atau ikan. Banyak pula film-film yang mengangkat kisah kesetiaan dan kelucuan antara majikan dan hewan peliharaannya, yang mungkin setelah kita menonton film tersebut kita akan tertarik untuk memiliki hewan peliharaan seperti di tokoh cerita.

Di Bali sendiri banyak masyarakat yang memelihara anjing kintamani sebagai hewan peliharaan, selain melestarikan hewan lokal Bali, anjing kintamani terkenal dengan genetiknya yang paling kaya di dunia dan anjing kintamani ini juga merupakan nenek moyang dari anjing proto. selain itu ada kalimat yang menyatakan bahwa "bali bukan sebuah surga tanpa kehadiran anjing-anjingnya". maka dari itu di daerah ubud, bali di dirikannya sebuah lembaga swadaya masyarakat yang bernama BAWA "Bali Animal Welfare Association" salah satu gerakan perlindungan terhadap hewan-hewan khususnya anjing yang berada di Bali, yang bertujuan untuk mengurangi penderitaan hewan-hewan yang tidak memiliki majikan/hidup di jalanan, mengendalikan populasi dan meningkatkan kesehatan hewan di Bali serta memberikan edukasi kepada masyarakat tentang kesejahteraan hewan.

Hewan memiliki kedudukan tinggi dalam ajaran agama Hindu, di berbagai kitab agama hindu, hewan digambarkan sebagai sahabat setia para dewa dan guru bagi manusia. Penganut agama Hindu di ajarkan untuk menjaga hewannya dengan baik, karena melindungi hewan merupakan karma. Namun, pada kenyataanya banyak didapati hewan terlantar dan dianiaya di berbagai tempat di Bali dan hal ini tidak mencerminkan nilai-nilai agama Hindu. Berangkat dari keprihatinan, BAWA melakukan program edukasi bagi masyarakat di Bali "kami harap mahasiswa di Bali sebagai anak muda yang terpelajar dapat membantu kami memotivasi masyarakat luas untuk lebih peduli terhadap hewan" ungkap Janice Girardi direktur BAWA. Setiap bulannya BAWA menerima 250 laporan khusus hewan sakit, terlantar dan dianiaya.

“Mengapa anjing begitu spesial?” menurut Dr.nanditha krishna, seorang direktur The C.P. Ramaswami Aiyar Foundation Chennai, India yang juga menjadi narasumber di perkuliahan umum ini mengungkapkan bahwa anjing begitu dispesialkan karena anjing merupakan teman dan sahabat yang setia, penjaga rumah dan lingkungan, pembantu petani, pemandu dan terapis untuk fisik, mental dan emosi, dan anjing merupakan limpahan kasih sayang.

Sementara itu, Ida Pedande Gede Made Gunung mengungkapkan bahwa meditasi akan membawa manusia pada pengabdian pada Tuhan, cinta sesama dan kasihan pada lingkungan. Menurut penuturan beliau, adanya otonan di Bali merupakan salah satu simbol kasih sayang dan saling menyayangi sebagai salah satu bentuk memanusiakan alam dan lingkungan. Untuk dapat melakoni hidup dengan melestarikan hewan, maka kita mulai dari melestarikan diri kita sendiri. Bukan hanya dengan hewan saja, pelestarian seharusnya di lakukan pada lingkungan, alam, dan diri kita sendiri. (NJ)

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Free Web Hosting